Senin, 09 Desember 2013

Ilmu Dasar Simpul


Sejarah Simpul

Salah satu bagian yang harus dimiliki seorang pecinta alam adalah pengetahuan tentang simpul dan kemampuan membuat simpul dengan mudah dan cepat. Untuk itu dibutuhkan waktu yang tidak sedikit, dan dalam hal ini ditekankan untuk memahami dengan baik tentang pengetahuan simpul. Banyak sumber yang menyarankan untuk mempelajari simpul sebanyak – banyaknya, yang masing – masing punya kegunaan sendiri. Pedekatan yang disarankan saat ini menganggap jauh lebih baik menggunakan simpul. Tetapi perlu diketahui berbagai macam simpul dimana dibutuhkan untuk suatu hal yanmg bersifat darurat maupun kesulitan lain selama melakukan kegiatan alam bebas. Untuk pendalaman dan pemahaman simpul yang penting dan sering digunakan dalam kegiatan alam bebas secara detail untuk memudahkan jika dalam keadaan darurat, pertolongan akan lebih mudah dilakukan seorang pecinta alam dalam membuat simpul tanpa harus berpikir dua kali. Hal ini cenderung berlaku sebagai otomatis, karena pecinta alam dapat membuat simpul dengan cepat dan benar.

Definisi Simpul dan Tali-temali

          Simpul merupakan hasil bentukan dari tali atau dua utas tali, atau ikatan pada tali/tambang yang dibuat dengan sengaja untuk keperluan tertentu.
Banyak yang mencampur adukkan pengertian antara tali, simpul dan ikatan. Padahal ketiga unsur itu sama sekali berbeda.

-> Tali adalah bendanya
-> Simpul adalah pertemuan tali dengan tali
-> Ikatan adalah pertemuan tali dengan benda lain (seperti kayu, batu dan lain-lain).






Fungsi Simpul

1.      Untuk mengikat tiang.
2.     Untuk menyambung 2 utas tali yang sama besar dan tidak licin.
3.     Untuk mengikat tali pada tiang/kayu.
4.     Untuk membuat tanduk darurat atau mengikat ember/timba.
5.     Untuk turun kejurang atau dari atas pohon.
6.     Untuk mengikat leher binatang.
7.     Untuk menyambung 2 utas tali yang tidak sama besarnya dan dalam keadaan kering.
8.     Untuk menyambung dua utas tali yang ukurannya tidak sama besar yang basah dan atau tidak licin.
9.     Untuk memendekkan tali
10.   Agar tali pintalan pada ujung tali tidak mudah lepas.
11.    Untuk mengikat benda hidup/leher binatang agar yang diikat tidak terjerat, dan untuk menambatkan tali pengikat binatang pada pohon agar binatang itu dapat bergerak bebas.
12.   Untuk menyambung 2 utas tali yang sama besarnya dan dalam keadaan licin dan basah
13.   Untuk memendekkan tali tanpa pemotongan.
14.   Untuk memulai ikatan dan digunakan untuk menyeret balok.
15.   Untuk menarik benda yang cukup besar.
16.   Untuk diikatkan pada tali penarik agar orang lain dapat membantu menarik.
17.   Untuk mengangkat atau menurunkan benda atau orang pingsan .
18.   Untuk menghindari lepasnya ujung atau ekor tali dari ikatan yang berbentuk lingkaran pada tali tersebut.
19.   Untuk memanjat tali
20.  Untuk mengangkat atau menurunkan benda/manusia.
21.   Untuk membuat tangga tali.
22.  Sebagai pengunci simpul-simpul lain.
23.  Menghentikan geseran pada tali.
24.  Membuat loop untuk anchor.
25.  Untuk mengikat harness.
26.  Untuk mengikat sesuatu tetapi tidak menjerat.
27.  Untuk penambat sesuatu (misal, mengikat leher binatang).
28.  Untuk menyambung dua buah tali.
29.  Untuk mengikat dua ujung tali ukuran atau jenisnya berbeda, misalnya untuk mengikat ujung tali webbing dengan ujung tali kernmantle atau prussik.
30.  Untuk ascending (prussiking).
31.   Sebagai pengaman tambahan untuk rappelling.
32.  Untuk mengikat tali webbing.
33.  Untuk menyambung dua buah ujung tali webbing baik untuk membuat loop maupun menambah panjang webbing. Simpul ini juga biasa di gunakan untuk membuat sling.
34.  Untuk mengikat harness ke anchor atau mengikat tali pada pohon.
35.  Untuk belay atau rappelling bila tidak ada alat rappelling(figure of eight, grigri).
36.  Untuk menyangkutkan tali prussik atau webbing  sebagai pengaman ke dalam celah-celah tebing.
37.  Untuk menambatkan tali ke tonjolan tebing sebagai pengaman dan pengganti anchor pada dinding tebing.

Delapan Simpul Dasar

1.Simpul overhand (overhand knot)

       


2. Simpul pangkal (clove hitch)

  

3.Simpul jangkar(girth hitch)

  



4.Simpul air atau simpul pita (water knot)

  


5.Simpul kambing (bowline knot)
   

6.Simpul delapan (figure of eight knot)
1.        2.  
3.        4.   

Jenis simpul delapan ini dibuat dengan cara menggandakan tali utama, digunakan hanya karabiner, sedang untuk anchor atau harness dibuat dengan cara threaded system.
   




7.Simpul nelayan (fisherman knot)
Double Fishermans lebih baik.
Double Fisherman's Knot



8.Simpul kupu-kupu (buterfly knot)
     

Kriteria Simpul Yang Baik.

1.    Mudah dibuat.
2.    Mudah dilihat kebenaran lilitannya.
3.    Aman, dengan ikatan / lilitan tidak bergerak dan bergeser ataupun tertumpuk pada saat dibebani.
4.    Mudah dilepas / diurai setelah dibebani.
5.    Mengurangi kekuatan tali seminimal mungkin.

Senin, 02 Desember 2013

Ilmu Medan, Peta dan Kompas (Navigasi Darat Dasar)


Menaksir
1.        Menaksir lebar dengan menggunakan topi
Bingung? Aneh? Memang, trik ini tergolong aneh, tetapi bisa dilakukan dan trik ini cenderung akurat. Caranya adalah sebagai berikut :
1)        Lihat ujung sungai yang ingin ditaksir dgn menggunakan ujung topi pet.
2)        Beri tanda didalam pikiran kita itu titik A.
3)        Setelah di perhatikan , perlahan-lahan kita menghadap kekanan.
4)        Dan perhatikan lagi ujung Topi pet dan beri tanda dalam pikiran kita titik B.
5)        Dan beri tanda dimana lokasi ujung Topi pet.
6)        Dan mulailah berjalan dari posisi kita ke titik B.
Catatan: Setiap 2 langkah biasa 1 meter.
2.        Mengukur lebar sungai dengan bantuan saputangan segi tiga
Caranya :
1)        Tentukan titik A (tempat kita berada)
2)        Berjalan dari A kearah B sampai terjadi sudut AB - BX = 450. pengukuran sudut 450 dengan memanfaatkan sudut saputangan.
3)        Ukur AB . lebar sungai =AB

3.        Mengukur lebar sungai dengan ilmu ukur segi tiga
Caranya :
1)        Tentukan titk X yang dapat ditandai di seberang.
2)        Tentukan titik A di pinggir kita berada (tepat berseberangan dengan X)
3)        Berjalan sepanjang pinggir sungai (lurus) sejauh AB (bebas jauhnya). Tandai titik B.
4)        Berjalan lagi sejauh BC. Jarak BC = AB
5)        Berjalan arah CD (tegak lurus AC), sampai titik-titik D,B,X terhubungkan berupa garis lurus.
6)        Ukur panjang CD. Lebar sungai = CD
4.        Menaksir Dalam Sungai
Di daerah hulu di daerah penampang cenderung berbentuk dan bagian tengahnya lebih dalam dari bagian tengahnya, maka pengukuran sukar dilakukan. Cara mengukur kedalamannya adalah :
1)        Ambil galah yang cukup panjang.
2)        Masukkan galah tersebut ke dalam sungai, usahakan galah tegak lurus terhadap permukaan sungai.
3)        Usahakan pengukuran dilakukan pada bagian tengah sungai.
4)        Lakukan pengukuran di beberapa tempat.
5.        Menaksir kecepatan arus sungai
Cara 1:
1)        Letakkan benda terapung di titik O (benda akan hanyut).
2)        Setelah sekitar 15 menit (titik A), mulailah berjalan mengikuti benda tadi, sambil menghitung waktu hingga sampai di B (bertepatan dengan posisi benda X).
3)        Ukur jarak AB.
Kecepatan arus sungai = jarak AB/waktu.

Cara 2
Letakkan benda terapaung di titik O.
Sekitar 15 meter dari titik O (titik A), berjalanlah kira-kira 50 langkah sambil memperhatikan benda tadi (langkah biasa yang kecepatannya dapat diperkirakan).
Setelah kita sampai di B, misalkan benda sampai di X.
Ukurlah jarak AB dan AX
kecepatan arus sungai = AX/AB  kecepatan langkah)
Catatan :
ü  benda terapung yang hanyut sedapat mungkin hanyut mendekati bagian tengah sungai (antara dua tepi sungai).
ü  sebenarnya kecepatan yang paling besar terjadi di tengah sungai (jika sungainya lurus) dan kecepatan paling kecil di pingggir sungai.
6.        Penaksiran tinggi
a.         Tinggi pohon dengan tinggi bayang-bayang
Caranya :
Kita berdiri di samping pohon (A)
Perhatikan ujung bayangan badan kita (B) dan ujung bayangan pohon (C). ukur AB dan AC
Tinggi pohon = AC/AB (tinggi badan kita)
b.        Tinggi tebing, pohon, dengan dua orang
Caranya :
Pengamat mengambil posisi jongkok, sehingga ujung kepala temannya dan titik X (puncak pohon, tebing) berada pada satu garis lurus.
Ukur AB dan AC
t1 = tinggi jongkok pangamat (jarak mata ketanah)
t2 = tinggi badan rekannya (bisa diganti tongkat atau lainnya)
Tinggi, T = (t2-t1) + t1
7.        Penaksiran waktu
Untuk menaksir waktu dapat digunakan Naismith’s Rule (aturan Naismith). Cara tersebut merupakan cara klasik dalam memperkirakan waktu tempuh. Menurut aturan ini, kecepatan rata-rata orang berjalan di medan horizontal adalah adalah 5 km/jam dan setiap kenaikan 300 meter ditambah 0,5 jam. Untuk kecepatan turun digunakan rumus : Setiap penurunan 300 meter, waktu tempuhnya 5 km/jam ditambah 10 menit. Perhitungan ini berlaku untuk medan yang tidak bersemak, selain itu, waktu tempuh akan bervariasi bergantung pada hal-hal, seperti : keadaan fisik, beban yang dibawa, keadaan lintasan (berpasir, tanah keras, bersalju, dll.), kondisi cuaca.
8.        Penaksiran Cuaca
Seorang pendaki gunung harus dapat membaca tanda-tanda cuaca, diantaranya :
·           Merah pada waktu malam hari, penanda cuaca baik
·           Merah pada waktu pagi, penanda akan turun hujan.
·           Kuning pucat pada waktu Matahari terbenam, penanda akan turun hujan.
·           Embun dan kabut pada pagi-pagi benar, penanda cuaca bagus.
·           Kalau Matahari terbit dari awan yang tinggi, penanda angin.
·           Dari bentuk-bentuk awan (lihat bagian awan).
9.        Menaksir cuaca dari sikap hewan
o    Laba-laba membuat sarang siang hari berarti cerah.
o    Kodok ribut berarti akan hujan.
o    Kambing mengembik ribut, berarti cuaca akan buruk.
Makin sering kita memakai penaksiran selama di medan maka kita akan mempunyai semacam’sense’. Contohnya bila sudah biasa ditebing, tak perlu penaksiran lagi dengan bantuan tinggi badan. Sudah terbayang di pikiran dan rasa : 100 meter itu segitu!



Teknik Navigasi Praktis
Teknik navigasi praktis adalah cara bernavigasi hanya dengan menggunakan bantuan alat-alat yang sederhana dan petunjuk dari alam. Cara ini sangat berguna apabila seorang survivor tidak memiliki alat navigasi darat yang diperlukan. Memanfaatkan alam seperti sinar matahari, tumbuhan dan lain-lain yang bisa membantu menggantikan alat-alat navigasi umum.
A.      Metode ujung bayangan.
Menggunakan metode ini membutuhkan sebatang kayu yang lurus dengan panjang 1 meter, dan areal datar yang bebas rumput dan sinar matahari yang cukup, agar tongkat kayu tersebut bisa menghasilkan bayangan yang dibutuhkan. Metode ini sederhana dan cukup akurat serta mempunyai empat langkah sebagai berikut:
  1. Langkah pertama
Tancapkan tongkat pada tanah yang datar dan bebas rumput dimana bayangan tongkat akan dihasilkan. Tandai ujung bayangan di tanah dengan batu, ranting atau lainnya yang bisa dipakai. Tanda bayangan pertama ini selalu menunjukkan arah barat dimanapun di bumi ini.
  1. Langkah kedua.
Tunggu hingga 10 sampai 15 menit, sampai ujung bayangan bergerak beberapa sentimeter. Kemudian tandai lagi posisi ujung bayangan yang baru dengan cara yang sama dengan yang pertama tadi.
  1. Langkah ketiga
Buatlah garis lurus yang menghubungkan kedua tanda yang telah dibuat tadi untuk mendapatkan garis rata-rata barat-timur.
  1. Langkah keempat
Berdiri dengan tanda pertama (barat) berada pada kaki kiri dan tanda kedua pada kaki kanan. Sekarang badan menghadap ke arah utara. Ini adalah fakta yang sebenarnya di manapun di muka bumi ini.

B.       Menentukan arah dengan bantuan arloji analog
Jika berada di daerah ekuator, pegang secara horizontal dan arahkan jarum pendek ke arah matahari. Garis tengah pembagi antara jarum pendek dan angka 12 merupakan arah utara. Sedangkan jika berada di selatan ekuator, pegang secara horizontal dan arahkan angka 12 ke arah matahari. Garis tengah pembagi antara angka 12 dan jarum pendek merupakan arah utara.

C.       Menentukan arah dengan bintang
Saat malam hari juga bisa menentukan arah dengan memakai pertolongan bintang di langit. Ada dua rasi bintang yang biasa dipakai oleh para nelayan dan nenek moyang kita dulu yaitu rasi bintang Layang-layang sebagai penunjuk arah selatan dan rasi bintang Perahu sebagai penunjuk arah utara. Pada rasi bintang Layang-layang yang terdiri dari enam formasi bintang, empat bintang diantaranya jika dihubungkan akan berbentuk layang-layang. Ujung ekor bentuk layang-layang tersebut menunjukkan arah selatan.

Hendri Agustin, 2005, Mendaki Gunung Pengenalan dan Teknik-Teknik Dasar Pendakian Gunung, Yogyakarta, BIGRAF Publishing

Mengenal Orientasi Medan
Mengenal orientasi medan mutlak di perlukan bagi para penggiat petualangan di alam terbuka. Kita perlu tahu medan yang kita hadapi, mengetahui di mana posisi kita dan bagaimana arah kita selanjutnya. Dengan mengetahui medan, berarti kita telah mampu melakukan olahraga sehat bukan hanya bermodal nekat. Orientasi medan di sini termasuk pula kemampuan membaca peta dan tanda-tandanya, termasuk penggunaan kompas untuk membaca letak kita di peta.
Tips membaca peta berikut ini bagi yang menyukai kegiatan petualangan maupun traveling. Karena sering para penggemar wisata, terutama wisata alam kesulitan membaca peta. Tidak semua orang bisa membaca peta.
1.        Pilih peta yang tepat
Sebelum mencari tahu lokasi menggunakan peta, pastikan membeli peta yang sesuai dengan keperluan. Ini karena ada beberapa jenis peta yang tersedia di pasaran, misalnya peta petunjuk arah jalan, peta wisata khusus untuk turis, atau peta politik.
Jika traveling menggunakan mobil pribadi, sebaiknya pilih peta jalan. Tapi, jika mencari berbagai macam atraksi wisata yang menarik di suatu destinasi, pilihlah peta wisata.
2.        Cari tahu lokasi keberadaan
Ini adalah hal dasar yang harus diketahui sebelum membaca peta, yaitu mengetahui lokasi keberadaan sebelum memulai perjalanan. Tanpa mengetahui lokasi awal, akan sulit untuk menentukan arah melalui peta. Yang ada, hanya dibuat bingung oleh petunjuk-petunjuk di peta.
Salah satu cara untuk mengetahui lokasi keberadaan adalah mencari ciri khas suatu tempat. Ciri khas ini bisa berupa bangunan yang terkenal atau pun sungai.
3.        Cari tahu lokasi tujuan
Hal lain yang tak kalah penting adalah mencari tahu dengan lengkap lokasi tujuan. Barulah kemudian mencari arah untuk mencapai lokasi tersebut.
Namun, jika destinasi yang akan dikunjungi lebih dari satu, sebaiknya prioritaskan dulu mana destinasi pertama. Kemudian baru cari tahu arah untuk mencapai masing-masing destinasi tersebut.
4.        Gunakan kompas atau indeks peta
Setelah menemukan posisi anda sekarang dan lokasi tujuan, saatnya menentukan arah perjalanan. Untuk mengetahui arah, bisa mengunakan kompas. Kompas dan peta jalan beriringan. Gunakan keduanya untuk mengetahui jalan yang harus dilalui mencapai destinasi
Jika tidak memiliki kompas, bisa menggunakan indeks yang ada di dalam peta. Indeks peta biasanya berupa kumpulan nama jalan dan informasi lain dan koordinatnya di dalam peta. Tentu ini akan membimbing menuju lokasi tujuan.


Navigasi Darat
Sebagai seorang penjelajah yang baik, seseorang harus menguasai berbagai ilmu pendukung. Salah satu dari diantaranya ialah navigasi atau ilmu tentang cara–cara untuk menentukan atau mengarahkan suatu perjalanan atau misi dari satu titik pemberangkatan ke titik tujuan dengan cara aman dan seefisien mungkin. Navigasi darat adalah sebagian dari ilmu navigasi yang dalam praktiknya selalu mengunakan alat bantu peta dan kompas.dalam materi ini akan diutarakan mengenai :
1.   Pengertian peta topografi
2.   Pengertian kompas
3.   Teknik pengunaan peta kompas
Yang dimaksud peta ialah gambaran dari permukaan bumi yang diperkecil dengan skala tertentu sesuai dengan kebutuhan. Peta digambarkan diatas bidang datar dengan sistem proyeksi tertentu. Peta yang digunakan dalam kegiatan alam bebas adalah peta topografi, karena peta topografi menggambarkan secara proyeksi sebagian fisik bumi. Sehingga dengan memperhatikan peta topografi seseorang dapat memperkirakan bentuk permukaan dari bumi yang akan dihadapi dilapangan Dalam mengunakan peta topografi juga harus diperhatikan dalam pengunaannya, karena kelengkapan peta tersebut merupakan petunjuk bagi pemakai peta tersebut. Adapun kelengkapan peta topografi adalah sebagai berikut :
1.        Judul Peta
Adalah identitas mengenai peta tersebut antara lain nama peta/daerah atau identitas lain yang menonjol.
2.       

Keterangan Pembuatan
Merupakan semua keterangan mengenai pembuatan dan badan/instansi yang menerbitkan  peta, dicantumkan pada bagian kiri bawah dari peta.
3.        Nomor Peta
Angka yang menunjukkan nomor peta yang dicantumkan pada sudut kanan atas dari peta.
4.        Pembagian Lembar Peta
Nomor-nomor yang digunakan untuk tujuan mempermudah penggolongan  peta bila memerlukan interprestasi suatu daerah yang lebih luas, dicantumkan disudut kanan bawah dari peta.
5.        Sistem Koordinat
Pada peta topografi dikenal dengan sistem koordinat, yaitu perpotongan antara dua garis sumbu. Adapun koordinat yang biasa atau resmi digunakan adalah :
a.       Koordinat geografis
Sumbu yang digunakan adalah garis bujur (BB dan BT), yang tegak lurus dengan garis khatulistiwa dan garis lintang (LU dan LS) yang sejajar dengan garis khatulistiwa. Koordinat geografis dinyatakan dalam satuan derajat, menit dan detik. Pada peta Bakosurtanal/BIG, biasanya menggunakan koordinat geografis sebagai koordinat utama. Pada peta ini, satu kotak (atau disebut dengan karvak) lebarnya adalah 3,7 cm. pada peta skala 1 : 25.000, satu karvak sama dengan do detik (30²) dan pada peta skala 1 : 50.000, satu karvak sama dengan 1 menit/60 detik (60²).
Contoh : 114°34¢10² BT dengan cara baca 114 derajat 34 menit 10 detik Bujur Timur atau 05°15¢17² LS dengan cara baca 5 derajat 15 menit 17 detik Lintang Selatan.
b.      Koordinat grid
Perpotongan antara sumbu Opsis (X) dengan Ordinat (Y) pada koordinat grid, kedudukan suatu titik dinyatakan dalan ukuran jarak (meter), sebelah selatan ke utara dan barat ke timur dari sumbu acuan. Skala bilangan dari kedua sistem koordinat diatas (geografis dan grid) terletak di tepi peta. Kedua sistem koordinat yang berlaku Internasional tersebut sering membingungkan, karena memang kedua sistem itu tidak mudah dipahami. Oleh karena itu pembacaan koordinat dibuat sederhana (tidak dibaca seluruhnya).
Misalnya : 72100 mE dibaca 21, 909700 mN dibaca 97 dan seterusnya.
c.       Koordinat lokal
Untuk memudahkan dalam membaca koordinat (pada peta yang tidak ada gridnya). Dapat dibuat garis-garis seperti grid peta. Perlu diingat dalam menggunakan koordinat lokal, semua unsur yang terlibat mesti diseragamkan dan untuk menghindari kekacauan.
6.        Skala
Adalah perbandingan jarak dipeta dengan jarak horizontal sebenarnya dimedan (lapangan).
………..Jarak di peta                JP                          JP
SKP =   _________        =      ____           JM   =  ___
……….Jarak dimedan             JM                          SP
7.        Orientasi Arah Utara
Pada peta topografi terdapat tiga arah utara yang harus diperhatikan sebelum mengunakan peta dan kompas. Karena tiga arah utara tersebut tidak berada pada satu garis, tiga arah utara tersebut adalah :
·         Utara sebenarnya (true north) US/TN diberi symbol  ( * ) bintang, yaitu utara yang melalui kutub utara di selatan bumi.
·         Utara peta (grid north) UP/GN diberi symbol GN, yaitu utara yang sejajar dengan garis jala (sumbu Y).
·         Utara magnetis (magnetic north) UM
Karena ketiga arah utara tersebut tidak berada pada satu garis, maka akan terdapat penyimpangan–penyimpangan sudut :
a.       Penyimpangan sudut antara US-UP disebut Iktilat Peta (IP) atau konvegensi merimion.
b.      Penyimpangan sudut antara US-UM disebut Iktilat Magnetis (IM) atau Deklinasi.
c.       Penyimpangan sudut antara UP-UM disebut sudut peta magnet (SPM) atau Deviasi. Dalam peta biasa ditulis GM Angle (Grid Magnetic Angle).
Dalam mengunakan peta dan kompas harus diperhatikan tiga arah utara tersebut (ada perhitungan koreksi arah) untuk lintasan–lintasan yang relative pendek diabaikan. Tetapi variasi magnetisnya harus diperhatikan.
8.        Garis Kontur/Garis Ketinggian
Merupakan gambaran bentuk permukaan bumi yang sama tinggi yang diukur dari permukaan laut.
Sifat-sifat garis kontur:
a.       Garis kontur selalu merupakan kurva tertutup sejajar dan tidak akan memotong satu sama lain
b.      Garis kontur yang didalam selalu lebih tinggi dibanding yang diluar.

c.        Interval kontur selalu merupakan kelipatan sama
d.       Indeks kontur diratakan dengan garis tebal
9.        Legenda Peta
Adalah informasi tambahan untuk memudahkan interprestasi peta. Baik itu unsur yang dibuat manusia maupun alam
Legenda peta yang penting untuk dipahami antara lain:
Titik ketinggian
Jalan setapak
Garis batas wilayah
Jalan raya
Air
Pemukiman
Kuburan


I.          Memahami Peta Topografi


1.             Membaca Garis Kontur
a.         Punggungan Gunung
Punggungan gunung merupakan rangkaian garis kontur berbentuk huruf “U” ujung dari huruf U menunjukkan tempat atau daerah yang lebih pendek dari kontur diatasnya.
b.         Lembah/Sungai
Lembah/sungai merupakan rangkaian garis kontur yang berbentuk  “∩”
c.         Daerah landai/datar dan terjal/curam.
d.        Daerah datar garis konturnya jarang-jarang. Daerah terjal garis konturnya rapat-rapat.
2.        Menghitung Harga Interval Kontur
Bila harga interval kontur tidak dicantumkan pada peta, maka harus dihitung :
a.         Cari dua titik ketinggian yang berbeda (berdekatan). Sebut saja pertama adalah A dan titik kedua adalah B dalam hal ini titik A dan B diketahui.
b.         Hitung selisih ketinggian A dan B.
c.         Hitung jumlah kontur dari A sampai B.
d.        Bagilah selisih A-B dengan jumlah kontur A-B, hasilnya adalah interval kontur.
3.        Utara Peta
Setiap kali menghadapi peta topografi pertama-tama carilah arah utara dari peta itu, selanjutnya disebut utara peta.
Cara menentukan utara peta:
a.         Lihat judul peta, judul peta selalu ada pada utara peta (bagian atas dari peta).
b.         Lihat tulisan nama gunung dan desa di dalam peta. Utara peta adalah bagian atas peta tersebut.
4.        Mengenal Tanda Medan
Beberapa tanda medan dapat dibaca sebelum berangkat kelapangan dan carilah dilapangan. Tanda-tanda medan antara lain :
a.         Lembah antara dua puncak
b.         Lembah yang curam.
c.         Ujung desa atau persimpangan jalan.
d.        Perpotongan sungai dengan jalan setapak
e.         Percabangan sungai, belokan sungai, air terjun, dan   lain-lain.
Untuk daerah yang datar dapat digunakan :
a.         Persimpangan jalan
b.         Percabangan sungai, jembatan dll.
Gunakan bentang-bentang atau bentuk alam yang menyolok dilapangan dan mudah ditemukan/dikenal dipeta. Tanda medan mutlak harus dipahami karena sangat menunjang dalam orientasi.
5.        Menggunakan Peta
Pada perencanaan perjalanan dengan menggunakan Peta Topografi sudah tentu titik awal dan akhir akan diplot di peta. Sebelum berjalan catatlah :
a.         Koordinat titik awal (A)
b.         Koordinat titik tujuan (B)
c.         Sudut peta AB
d.        Tanda medan apa saja yang akan dijumpai sepanjang lintasan AB
e.         Berapa lintasan AB dan berapa kira-kira waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan  lintasan A sampai B tersebut
6.        Membaca Koordinat
Pada koordinat grid harga koordinat adalah perpotongan antara sumbu (X) dan (Y).Cara menyatakan koordinat :
a.         Cara 6 angka misalnya koordinat titik A (234 ; 622), B (237 ; 461)
b.         Cara 8 Angka misalnya koordinat titk A (3740 ; 6225), B (3776 ; 6417). Cara 8 angka lebih akurat dibanding 6 angka.
7.        Mengatur Jarak atau Panjang Lintasan
a.         Panjang lintasan datar
Ukur panjang lintasan dengan mistar untuk lintasan yang berbelok dapat mengunakan benang yang kemudian diukur dengan mistar.
b.         Panjang lintasan sebenarnya
Peta dibuat penampang dengan jalan menyayat (skala vertical dan horizontal) harus disesuaikan dengan skala peta.   Gambar sayatan lintasan A – B tersebut memperlihatkan kemiringan dan juga penampang bentuk peta. Ukuran panjang lintasan dengan mengalikannya dengan skala maka didapat jarak sebenarnya.
8.        Membuat rencana perjalanan diatas peta tidak begitu sukar, yang perlu diingat karena dilapangan nanti anda akan berhadapan dengan kondisi alam yang nyata. Perhatikan sifat-sifat kontur dan legenda peta.

II.          Kompas
Kompas adalah salah satu alat bantu dari navigasi darat. Sebagai penentu arah, dan alat pengukur sudut mendatar. Jarum kompas akan selalu mengarah/menunjukkan arah utara kutub magnet bumi. Arah yang ditunjukkan oleh jarum kompas disebut Utara Magnet (UM). Sedang sudut yang dibuat/dibentuk antara UM dengan garis sasaran disebut Sudut Kompas (SK)
Kompas dipakai dengan posisi horizontal sesuai dengan arah garis medan magnet bumi. Dalam memakai kompas, perlu dijauhkan dari pengaruh benda-benda yang mengandung logam seperti pisau, golok, carabiner, tiang tenda, jan tangan dan lain sebagainya. Kehadiran benda-benda tersebut akan mempengaruhi jarum kompas sehingga ketepatannya akan berkurang. Menurut kegunaan dan fungsinya yaitu :
1)      Kompas orientasi, yaitu jenis kompas yang digunakan untuk orientasi dalam suatu perjalanan (orienteering). Contohnya kompas silva.
2)      Kompas bidik, yaitu kompas yang digunakan untuk membidik objek serta arah yang akan kita lalui. Contohnya kompas prisma.
3)      Kompas geologi, yaitu kompas yang digunakan untuk menentukan arah serta kemiringan dalam pekerjaan geologi. Contohnya kompas geologi.



III.     Teknik Peta Dan Kompas
  1. Orientasi peta
Orientasi peta yang dilakukan dengan kompas terdapat dua cara, yaitu resection (menentukan posisi kita) dan intersection (menentukan posisi orang lain). mungkin bagi orang awam materi ini tidak telalu mudah dipahami, namun bagi orang yang telah berpengalaman seperti para pecinta alam, ini wajib dikuasai. Orientasi peta diartikan sebagai cara untuk membaca kenampakan medan yang kemudian disesuaikan dengan peta, juga termasuk mengetahui arah dan posisi kita di lapangan. Orientasi peta termasuk pula mengatahui posisi kita di peta dan titik posisi (orang atau objek lainnya) yang kita ketahui di peta.
Disamping mengetahui tentang peta, kita perlu juga mengetahui teknik membaca dan mengetahui arah tanpa kompas atau dengan tanda alam lainnya. Sekarang hal yang perlu kita ketahui sebelum memasuki suatu daerah tertentu, biasakan untuk mencari informasi (khususnya bertanya kepada penduduk setempat) mengenai nama-nama tanda medan yang terlihat/mudah diingat. Tanda medan itu dapat diinterperestasikan di peta yang nantinya akan dipergunakan, misalnya nama puncak gunung, nama bukit, sungai, nama desa dan sebagainya sebab inilah informasi/keterangan yang paling berharga. Perlu diperhatikan dan diingat, bahwa tanda medan akan berubah bentuknya bila dilihat dari titik kedudukan yang berbeda, maka dalam orientasi harus berhati-hati. Langkah-langkah dalam melakukan orientasi medan adalah sebagai berikut :
1)      Carilah tempat terbuka sehingga tanda-tanda medan terlihat dengan jelas, kemudian Buka dan letakkan peta pada tempat yang datar.
2)      Letakkan kompas diatas peta dengan posisi garis bantu orientasi kompas sejajar dengan sumbu Y dipeta.
3)      Putar-putarlah peta (jangan merubah posisi kompas) hingga jarum kompas sejajar dengan grid/sumbu Y, bila sudah maka letak peta sudah sesuai dengan bentang alam yang dihadapi.
4)      Cari tanda-tanda medan yang menonjol, kemudian cocokkan dengan peta dan beri tanda/catatlah.
5)      Cari tanda sebanyak mungkin sehingga anda sudah mulai paham dengan daerah tersebut dan sudah dapat memperkirakan posisi anda di peta.
2.        Resection
Adalah cara mengetahui posisi kita di peta dengan bantuan minimal dua buah titik yang kita ketahui di peta dan terlihat jelas di lapangan. Dapat dilakukan dengan cara:
1)        Lihat peta dan tanda medan/alam nyata yang mudah dikenal di lapangan seperti, puncak bukit, tikungan jalan ataupun pertigaan jalan/sungai. Lakukan orientasi kemudikan cocokkan tanda medan dengan peta, tentukan dua titik yang terlihat di peta dan juga terlihat jelas di alam bebas
2)        Bidik dengan kompas dari posisi kita berdiri ke kedua titik yang kita jadikan sebagai target sehingga kita dapatkan azimuthnya.
3)        Kemudian hitunglah back azimuth (tambah dengan 180 derajat bila nilainya kurang dari 180, dan sebaliknya). Misalnya tanda medan adalah puncak bukit X (SKX) sudut kompas X = 288°
Sudut peta = 288° – 180° = 108°
4)        Kemudian plot dipeta sebesar SKX (180′) dengan mengunakan busur derajat dan penggaris.
5)        Lakukan hal yang sama untuk titik yang kedua, misalnya titik P diperoleh SKP = 319′  jika melakukan langkah-langkah yang benar maka akan diperoleh perpotongan antara SKX dan SKP. Perpotongan tersebut anggap kita beri nama titik N.
6)        Titik N itu adalah posisi dipeta.
www.belantaraindonesia.org
Resection dapat dilakukan hanya dengan satu tanda medan atau titik ketinggian. Hal ini terjadi bila berada di tepi jurang, tepi sungai, jalan setapak yang ada di peta atau di garis pantai, dan sebagainya yang tidak memerlukan titik lain untuk menembak.
3.        Intersection
Prinsip intersection adalah menentukan posisi suatu titik (benda) di peta dilakukan bila sasaran bidik dapat kita lihat dari dua tempat/tanda medan yang berbeda dengan jelas. Intersection digunakan untuk mengetahui atau memastikan posisi orang lain/tempat lain yang terlihat dilapangan, tetapi sukar untuk dicapai. Dengan melakukan orientasi medan, kita bisa tahu dimana posisi kita dan kita juga bisa tahu posisi tujuan kita. Sehingga kita dapat menentukan arah perjalanan selanjutnya, misalnya arah pulang.
Langkahnya adalah :
1.         Lihat dan perhatikan tanda medan yang mudah dikenal di lapangan. Contohnya puncak bukit, pegunungan, tikungan potong, sungai ataupun tebing.
2.         Bidikkan kompas dari posisi berdiri (letaknya sudah pasti diketahui di medan dan di peta) ke sasaran bidik.
3.         Misal tempat berdiri adalah X, dengan hasil bidikan sebesar 130' terhadap sasaran. Maka sudut peta adalah 130° (Azimuth).
4.         Dengan menggunakan busur derajat dan penggaris, polakan/buatlah garis dari titik sasaran dengan acuan besar sudut peta. Lakukan hal yang sama dengan tempat yang kedua, misal Y.
5.         Bila kita melakukannya dengan benar maka akan didapatkan titik perpotongan antara kedua garis tersebut. Titik perpotongan itulah yang kita tuju di peta.

* Dirangkum dari berbagai sumber
Referensi :
Diktat Navigasi Darat Pendidikan – SAR BANTU DARAT
Diktat Kartografi – DEP. HANKAM
Membaca Peta dan Ilmu Medan – Staf AD
The Concise Book of Orienteering – Roger Smith