Jumat, 27 Maret 2015

Malam Pertama Ku, Kamu dan Mereka :')

Bagaimana suasana malam pertama di alam kubur?
Bagaimana kedahsyatan siksaannya?
Dosa dosa apakah yang menyebabkan siksa kubur?
Bagaimana metode menjemput kematian terindah?
Kitab Awwalu Lailatin Fil Qobr (DR. Aidh Al Qorni)

Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya. (QS. Ali Imran : 145)
Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridai-Nya. Maka masuklah ke dalam jemaah hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku. (QS. Al Fajr : 28-30)

Malam pertama di alam kubur
Pada hari itu, ia begitu bahagia. Menikmati indahnya alam ciptaan ALLAH bersama anak dan keluarga penuh keceriaan. Hidup dalam kesenangan dan kesehatan terjamin. Tertawa melihat polah tingkah anaknya yang lucu – lucu demikian pula anaknya yang menertawakan polah orangtuanya. Lalu tiba tiba ia tiba disergap suatu malam, malam saat ia dijemput oleh kematian.
Sakaratul Maut ? Bahkan orang mukmin pun merasakannya.
Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari daripadanya. Dan ditiuplah sangkakala. Itulah hari terlaksananya ancaman. Dan datanglah tiap-tiap diri, bersama dengan dia seorang malaikat penggiring dan seorang malaikat penyaksi. Sesungguhnya kamu berada dalam keadaan lalai dari (hal) ini, maka Kami singkapkan dari padamu tutup (yang menutupi) matamu, maka penglihatanmu pada hari itu amat tajam. Dan yang menyertai dia berkata: "Inilah (catatan amalnya) yang tersedia pada sisiku" (QS. Qaaf 19 – 22)
Malam itulah malam pertama ia berada di alam kubur, sendiri dikecam oleh kesunyian tanpa anak istri, juga sahabat karib karena yang ada hanyalah amal. Inilah malam pertama dimana anak kita menjadi yatim, suami kita menjadi duda (istri kita menjadi janda). Malam pertama yang menggusur tidur kita dari kasur empuk menjadi dinginnya tanah berselimutkan kafan. Inilah malam yang telah mengusir kita dari rumah mewah nan megah menempati liang lahat yang gelap lagi sempit.

Kemarin malam kita masih berpesta pora makan dan minum bersama sahabat karib dan tiba tiba malam ini kita masuk ke malam pertama yang kita menjadi santapan cacing tanah, serangga dan binatang menjijikkan yang lain.
Pada malam ini kita baru tersadar bahwa harta, keluarga, jabatan yang kita kerja keras mencarinya sampai lalai dari mengingat ALLAH SWT, tidak sedikitpun dari semua itu menemani dan membela kita. Allah berfirman dalam QS. At Takatsur 1 – 3.
Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk ke dalam kubur. Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu),
Inilah malam episode pertama dari alam akhirat. Kuburan bisa menjadi taman syurga, sebaliknya ia bisa menjadi salah satu lubang diantara lubang neraka. Inilah KEMATIAN, datang dengan tiba-tiba, datang dengan tepat waktu tak bergeser barang satu detik pun.
Merenggut dengan paksa, melenyapkan segala nikmatnya dunia. Tak pernah memilah tua muda. Kaya miskin, sehat maupun sakit. Ia datang untuk mengeluarkan manusia dari rotasi kehidupan yang selama ini kita jalani.

Ketahuilah, rumah yang kokoh dan megah tak akan mampu membetengi kedatangan sang pencabut nyawa. Tumpukan uang deposito di bank tak akan sanggup menyogok malaikat maut untuk mengundurkan waktu kematiannya.
Inilah realitas kematian. Seberapa siapkah kita menyongsong kedatangan malam pertama di alam kubur? Bukankah Rasulullah sudah bersabda bahwa orang yang paling cerdas diantara kita adalah orang yang sering mengingat mati dan mempersiapkan bekal setelah kematiannya.
Marilah kita siapkan lentera yang akan menyinari malam pertama kita di alam kubur. Karena demi ALLAH tidak ada yang sanggup meneranginya selain iman dan amal sholih kita sendiri.

Metode Menjemput Maut
Kematian adalah nasihat terbaik dan guru kehidupan, sedikit saja kita lengah dari memikirkan kematian, maka kita akan kehilangan guru terbaik dalam kehidupan. Sesungguhnya manusia telah memilih bagaimana akhir hidupnya, dan pilihan itu ada pada bagaimana kita menjalani kehidupan. Sebagaimana kita menjalani kehidupannya, sepert itulah kemungkinan besar ia akan menghadapi kematiannya.
Karena sesungguhnya dengan menjalani kehidupan berarti kita sedang berjalan menuju kematian kita.
Pernahkah kita mendengar berita tentang seorang pezina mati kamar hotel di atas perut wanita nakalnya, Seorang pecandu narkotik mati saat pesat narkobanya dan para penjudi sekarat di atas meja judinya. Begitu juga kita pernah mendengar seorang ahli ibadah meninggal di atas sajadahnya.
Alangkah malangnya saat ajal tiba, jikalau kita masih berlumur dosa dan nista.

Inilah malam pertama di alam kubur
Sendiri, dicekam sepi gelap yang tak pernah terbayang
Hilanglah sudah semua gemerlapnya dunia
Rumah dengan jerih payah yang bertahun tahun telah kita bangun
Istri/Suami yang cinta dan pengabdiannya begitu tulus
Anak yang melekat padanya darah daging kita
Orangtua yang tetesan kasih sayangnya mengalir dalam tubuh kita
Dan perusahaan yang mati matian kitahabiskan waktu untuknya
Mobil mewah yang selalu jadi kebanggan
Tapi kini hari itu telah pergi, masapun telah tiada
Yang tersisa hanyalah dosa yang terus terbayang
Teringat akan suami/istri yang senantiasa ditelantarkan hak haknya
Anak yang telah kita kotori tubuhnya dengan nafkah yang haram
Orangtua yang di sisa hidupnya belum sempat kita bahagiakan
Handai taulan yang meminta bantuan tapi kita biarkan
Dan kawan kawan yang telah banyak kita kecewakan

YA ALLAH masihkah ada hari milikmu untukku
Agar bisa ku tuntaskan semua urusan
Lilitan hutang yang belum terbayar
Banyaknya amanah dan kepercayaan yang tidak tersampaikan
Beribu janji yng sering diingkari
Dan uang korupsi yang telah kita nikmati dan kita bagi
Namun, kini pintumu sudah tertutup rapat
Bertaubat sudah terlambat, Menyesali diri sudah tak berarti
Dan tinggallah diri sendiri menangung beban dosa dan kesalahan yang tak termaafkan
Merasakan penderitaan yang panjang yang tiada berakhir
Sekarang (selagi masih bisa membaca tulisan ini) adakah dalam diri kita mati itu sebagai penasihat??
Semoga, selagi masih ada waktu!!

FASE FASE ALAM KUBUR

  • Kesempitan kubur
  • Pertanyaan malaikat
  • Azab / nikmat kubur
  • Ditempatkannya ruh
  • Kebangkitan di hari akhir
Alam kubur adalah alam perantara kehidupan dunia dan akhirat yang dimulai setelah kematian
Selama masa ini seorang yang beriman merasa bahagia, sedangkan orang kafir mengalami adzab
Orang yang sudah mati akan dihimpit dalam kubur, mukmin atau kafir siapapun itu. Bedanya penyempitan yang dialami oleh orang mukmin tidak dialami selamanya. Tidak seperti orang kafir yang terus menerus dihimpit sampai tulang rusuknya pecah hingga hari kebangkitan.
Rasulullaah SAW bersabda :
Sesungguhnya kubur itu memiliki himpitan sekiranya ada orang yang selamat darinya, maka akan selamatlah Sa’ad bin Mu’adz. Beliau mengalami kesempitan kubur, Padahal beliau adalah seorang pemimpin yang penuh kemuliaan. Kematiannya mengguncang arsy, dibukakan baginya pintu pintu langit yang banyak. Kesyahidannya disaksikan oleh 70 ribu malaikat. Maka sungguh ia mengalami himpitan kubur, kemudian Allah melapangkannya. (HR. Nasa’i)
Apabila beliau mengalaminya padahal beliau adalah pemimpin yang besar, shaleh dan sudah dijamin mati syahid, Bagaimana dengan kita dan saya?

Pertanyaan Malaikat
Rasulullaah SAW bersabda
Seorang manusia apabila diletakkan di dalam kubur dan sahabatnya berpaling pulang meninggalkannya dan dia mendengar suara sandalnya menjauhinya. Akan datang kepadanya dua malaikat, mendudukkannya dan bertanya:
Siapakah tuhanmu - Siapakah nabimu - Apakah agamamu
Maka jawablah :
Allah adalah Tuhanku - Muhammad adalah nabiku - Dan islam adalah agamaku
Terdengarlah seruan dari langit :
Benar, hambaku.. hamparkan baginya tikar dari surga, lalu angin dan wangi surga datang kepadanya
Kemudian kuburan diluaksan seluas mata memandang, seorang yang rupawan datang menemaninya yang tiada lain adalah amal shalihnya (HR. Ahmad, Abu Daud, Hakim dan Baihaqi)

Benarkah kita bisa menjawabnya?
Sementara,
Dari lisan yang jarang menyebut asmaNya
Dan ibadah yang sering kita remehkan
Serta sunnah rasul yang kita abaikan
Pada saat itu, kita hanya bisa menjawab “Tidak, Tidak, Tidak”
Terdengarlah suara penyeru dari langit
Hambaku ini seorang pendusta, hamparkan padanya tikar dari api neraka, bukakan baginya pintu neraka agar panas dan keringnya neraka mendatanginya. Kuburnya disempitkan sampai pecah tulang tulangnya, seorang yang berwajah buruk dan berbau busukpun datang kepadanya yang tiada lain adalah amal buruknya.

Lantas, bagaimana dengan kita besok?
Sebuah catatan, semoga menjadi pengingat bahwa ”urip ning dunyo iki sejatine mung mampir ngombe” (Hidup di dunia ini sebenarnya hanyalah mampir untuk minum / hanya bertamu).
Semoga bermanfaat.



Sabtu, 14 Maret 2015

Teruntuk Saudariku yang Bertemu dan Berpisah Karena ALLAH SWT

Assalamu’alaikum, Saudariku..

Jalan da’wah, sebuah jalan yang mungkin menjadi jalan alternatif kesekian dari banyaknya jalan yang Allah hamparkan di atas muka bumi, yang diambil oleh para hambanya. Jalan yang terjal, panjang, penuh liku dan kelok, cobaan yang tidak saja menyedihkan tetapi justru kesenangan dan sanjungan yang perlu diwaspadai oleh pelaku da’wah. Sehingga atas semuanya seharusnya tumbuh benih kesiapan, tidak saja kesiapan untuk tidak menjadi apa-apa diatas jalan ini.

Saudariku..
Inilah bunga-bunga kefahaman yang menghasilkan buah-buah keikhlasan dalam setiap jiwa pelakunya. Disana dibutuhkan kesabaran atas rintangannya, ketaatan atas manhajnya, pengorbanan atas apapun yang menimpa pelakunya.
Ia tidak bersama orang-orang yang terburu-buru memetik buah sebelum masak, tetapi ia tidak pula bersama orang-orang yang hanya menunggu tapi tidak menanamnya
Ia tidak bersama orang-orang yang memetik kuncup sebelum mekar menjadi mawar, tetapi ia tidak pula bersama orang-orang yang menunggu kuncup tetapi tidak merawatnya.
Ia tidak bersama orang yang berlebihan,
tetapi ia tidak pula bersama orang yang enggan dan tidak berbuat sama sekali
Ia tidak bersama orang yang bertindak tanpa perhitungan, tetapi ia tidak pula bersama orang yang terlalu takut untuk berbuat.
Ia tidak bersama orang yang mempersulit diri, tetapi ia tidak pula bersama orang yang menganggap enteng dan meremehkan.
Semoga kita akan tetap dan terus berada dalam jalan ini, dimanapun dan kapanpun berada. Perpisahan kecil ini hanyalah sebuah hiasan yang mewarnai sejarah hidup kita.

Ada kalanya kita seperti dua mata,
tak pernah berjumpa tapi selalu sejiwa
Kita menatap kearah yang sama walau tak berjumpa,
mengagumi pemandangan indah
Kita bergerak bersama walau tak berjumpa, mencari pandangan yang dihalalkan, menghindari dari yang diharamkan
Kita menangis bersama, walau tak berjumpa dalam kecewa, sedih, ataupun gembira duka dan bahagia
Kita terpejam bersama walau tak berjumpa, memberi damai dan rehat 
(Dalam Dekapan Ukhuwah)