1.
Menaksir lebar dengan menggunakan topi
Bingung?
Aneh? Memang, trik ini tergolong aneh, tetapi bisa dilakukan dan trik ini
cenderung akurat. Caranya adalah
sebagai berikut :
1)
Lihat ujung sungai yang ingin ditaksir dgn
menggunakan ujung topi pet.
2)
Beri tanda didalam pikiran kita itu titik A.
3)
Setelah di perhatikan , perlahan-lahan kita
menghadap kekanan.
4)
Dan perhatikan lagi ujung Topi pet dan beri tanda
dalam pikiran kita titik B.
5)
Dan beri tanda dimana lokasi ujung Topi pet.
6)
Dan mulailah berjalan dari posisi kita ke titik
B.
Catatan: Setiap 2 langkah biasa 1
meter.
2.
Mengukur lebar sungai dengan bantuan saputangan segi tiga
Caranya
:
1)
Tentukan titik A (tempat kita berada)
2)
Berjalan dari A kearah B sampai terjadi sudut AB
- BX = 450. pengukuran sudut 450 dengan memanfaatkan sudut saputangan.
3)
Ukur AB . lebar sungai =AB
3.
Mengukur lebar sungai dengan ilmu ukur segi tiga
Caranya
:
1)
Tentukan titk X yang dapat ditandai di seberang.
2)
Tentukan titik A di pinggir kita berada (tepat
berseberangan dengan X)
3)
Berjalan sepanjang pinggir sungai (lurus) sejauh
AB (bebas jauhnya). Tandai titik B.
4)
Berjalan lagi sejauh BC. Jarak BC = AB
5)
Berjalan arah CD (tegak lurus AC), sampai
titik-titik D,B,X terhubungkan berupa garis lurus.
6)
Ukur panjang CD. Lebar sungai = CD
4.
Menaksir Dalam Sungai
Di
daerah hulu di daerah penampang cenderung berbentuk dan bagian tengahnya lebih
dalam dari bagian tengahnya, maka pengukuran sukar dilakukan. Cara mengukur kedalamannya adalah :
1)
Ambil galah yang cukup panjang.
2)
Masukkan galah tersebut ke dalam sungai, usahakan
galah tegak lurus terhadap permukaan sungai.
3)
Usahakan pengukuran dilakukan pada bagian tengah
sungai.
4)
Lakukan pengukuran di beberapa tempat.
5.
Menaksir kecepatan arus sungai
Cara 1:
1)
Letakkan benda terapung di titik O (benda akan
hanyut).
2)
Setelah sekitar 15 menit (titik A), mulailah
berjalan mengikuti benda tadi, sambil menghitung waktu hingga sampai di B
(bertepatan dengan posisi benda X).
3)
Ukur jarak AB.
Kecepatan arus sungai = jarak
AB/waktu.
Cara 2
Letakkan
benda terapaung di titik O.
Sekitar
15 meter dari titik O (titik A), berjalanlah kira-kira 50 langkah sambil
memperhatikan benda tadi (langkah biasa yang kecepatannya dapat diperkirakan).
Setelah
kita sampai di B, misalkan benda sampai di X.
Ukurlah
jarak AB dan AX
kecepatan
arus sungai = AX/AB kecepatan langkah)
Catatan :
ü benda
terapung yang hanyut sedapat mungkin hanyut mendekati bagian tengah sungai
(antara dua tepi sungai).
ü sebenarnya
kecepatan yang paling besar terjadi di tengah sungai (jika sungainya lurus) dan
kecepatan paling kecil di pingggir sungai.
6.
Penaksiran tinggi
a.
Tinggi pohon dengan
tinggi bayang-bayang
Caranya :
Kita
berdiri di samping pohon (A)
Perhatikan
ujung bayangan badan kita (B) dan ujung bayangan pohon (C). ukur AB dan AC
Tinggi
pohon = AC/AB (tinggi badan kita)
b.
Tinggi tebing, pohon,
dengan dua orang
Caranya :
Pengamat
mengambil posisi jongkok, sehingga ujung kepala temannya dan titik X (puncak
pohon, tebing) berada pada satu garis lurus.
Ukur AB
dan AC
t1 =
tinggi jongkok pangamat (jarak mata ketanah)
t2 =
tinggi badan rekannya (bisa diganti tongkat atau lainnya)
Tinggi,
T = (t2-t1) + t1
7.
Penaksiran waktu
Untuk
menaksir waktu dapat digunakan Naismith’s
Rule (aturan Naismith). Cara
tersebut merupakan cara klasik dalam memperkirakan waktu tempuh. Menurut aturan
ini, kecepatan rata-rata orang berjalan di medan horizontal adalah adalah 5 km/jam dan setiap kenaikan 300 meter
ditambah 0,5 jam. Untuk kecepatan turun digunakan rumus : Setiap penurunan 300 meter, waktu tempuhnya 5 km/jam
ditambah 10 menit. Perhitungan ini berlaku untuk medan yang tidak bersemak,
selain itu, waktu tempuh akan bervariasi bergantung pada hal-hal, seperti :
keadaan fisik, beban yang dibawa, keadaan lintasan (berpasir, tanah keras,
bersalju, dll.), kondisi cuaca.
8.
Penaksiran Cuaca
Seorang pendaki gunung harus dapat membaca tanda-tanda cuaca, diantaranya :
·
Merah pada waktu malam hari, penanda cuaca baik
·
Merah pada waktu pagi, penanda akan turun hujan.
·
Kuning pucat pada waktu Matahari terbenam, penanda
akan turun hujan.
·
Embun dan kabut pada pagi-pagi benar, penanda
cuaca bagus.
·
Kalau Matahari terbit dari awan yang tinggi, penanda
angin.
·
Dari bentuk-bentuk awan (lihat bagian awan).
9.
Menaksir cuaca dari sikap hewan
o
Laba-laba membuat sarang siang hari berarti
cerah.
o
Kodok ribut berarti akan hujan.
o
Kambing mengembik ribut, berarti cuaca akan
buruk.
Makin
sering kita memakai penaksiran selama di medan maka kita akan mempunyai
semacam’sense’. Contohnya bila
sudah biasa ditebing, tak perlu penaksiran lagi dengan bantuan tinggi badan.
Sudah terbayang di pikiran dan rasa : 100 meter itu segitu!
Teknik Navigasi Praktis
Teknik navigasi praktis adalah
cara bernavigasi hanya dengan menggunakan bantuan alat-alat yang sederhana dan
petunjuk dari alam. Cara ini sangat berguna apabila seorang survivor tidak
memiliki alat navigasi darat yang diperlukan. Memanfaatkan alam seperti sinar matahari, tumbuhan dan lain-lain
yang bisa membantu menggantikan alat-alat
navigasi umum.
A. Metode ujung bayangan.
Menggunakan
metode ini membutuhkan sebatang kayu yang lurus dengan panjang 1 meter, dan
areal datar yang bebas rumput dan sinar
matahari yang cukup, agar tongkat kayu tersebut bisa menghasilkan
bayangan yang dibutuhkan. Metode ini sederhana dan cukup akurat serta mempunyai
empat langkah sebagai berikut:
- Langkah pertama
Tancapkan
tongkat pada tanah yang datar dan bebas rumput dimana bayangan tongkat akan
dihasilkan. Tandai ujung bayangan di tanah dengan batu, ranting atau lainnya
yang bisa dipakai. Tanda bayangan pertama ini selalu menunjukkan arah barat
dimanapun di bumi ini.
- Langkah kedua.
Tunggu
hingga 10 sampai 15 menit, sampai ujung bayangan bergerak beberapa sentimeter.
Kemudian tandai lagi posisi ujung bayangan yang baru dengan cara yang sama
dengan yang pertama tadi.
- Langkah ketiga
Buatlah
garis lurus yang menghubungkan kedua tanda yang telah dibuat tadi untuk
mendapatkan garis rata-rata barat-timur.
- Langkah keempat
Berdiri
dengan tanda pertama (barat) berada pada kaki kiri dan tanda kedua pada kaki
kanan. Sekarang badan menghadap ke arah utara. Ini adalah fakta yang sebenarnya
di manapun di muka bumi ini.
B. Menentukan arah dengan
bantuan arloji analog
Jika
berada di daerah ekuator, pegang secara horizontal dan arahkan jarum pendek ke
arah matahari. Garis tengah pembagi antara jarum pendek dan angka 12 merupakan
arah utara. Sedangkan jika berada di selatan ekuator, pegang secara horizontal dan arahkan angka 12
ke arah matahari. Garis tengah pembagi antara angka 12 dan jarum pendek
merupakan arah utara.
C. Menentukan arah dengan
bintang
Saat
malam hari juga bisa menentukan arah dengan memakai pertolongan bintang di
langit. Ada dua rasi bintang yang biasa dipakai oleh para nelayan dan nenek
moyang kita dulu yaitu rasi bintang Layang-layang sebagai penunjuk arah selatan
dan rasi bintang Perahu sebagai
penunjuk arah utara. Pada rasi bintang Layang-layang yang terdiri dari enam
formasi bintang, empat bintang diantaranya jika dihubungkan akan berbentuk
layang-layang. Ujung ekor bentuk layang-layang tersebut menunjukkan arah
selatan.
Hendri Agustin, 2005, Mendaki Gunung
Pengenalan dan Teknik-Teknik Dasar Pendakian Gunung, Yogyakarta, BIGRAF
Publishing.
Mengenal
Orientasi Medan
Mengenal orientasi medan mutlak di perlukan bagi para
penggiat petualangan di alam terbuka. Kita perlu tahu medan yang kita hadapi,
mengetahui di mana posisi kita dan bagaimana arah kita selanjutnya. Dengan
mengetahui medan, berarti kita telah mampu melakukan olahraga sehat bukan hanya bermodal nekat. Orientasi medan di sini termasuk pula kemampuan membaca peta dan tanda-tandanya,
termasuk penggunaan kompas untuk membaca letak kita di peta.
Tips membaca peta berikut
ini bagi yang menyukai kegiatan petualangan maupun traveling. Karena sering
para penggemar wisata, terutama wisata alam kesulitan membaca peta. Tidak semua
orang bisa membaca peta.
1.
Pilih peta yang tepat
Sebelum
mencari tahu lokasi menggunakan peta, pastikan membeli peta yang sesuai dengan
keperluan. Ini karena ada beberapa jenis peta yang tersedia di pasaran,
misalnya peta petunjuk arah jalan, peta
wisata khusus untuk turis, atau peta politik.
Jika traveling
menggunakan mobil pribadi,
sebaiknya pilih peta jalan. Tapi, jika mencari berbagai macam atraksi wisata yang
menarik di suatu destinasi, pilihlah peta wisata.
2.
Cari tahu lokasi keberadaan
Ini
adalah hal dasar yang harus diketahui sebelum membaca peta, yaitu mengetahui lokasi keberadaan sebelum memulai
perjalanan. Tanpa mengetahui lokasi awal, akan sulit untuk menentukan arah
melalui peta. Yang ada, hanya dibuat bingung oleh petunjuk-petunjuk di peta.
Salah
satu cara untuk mengetahui lokasi keberadaan adalah mencari ciri khas suatu
tempat. Ciri khas ini bisa berupa bangunan yang terkenal atau pun sungai.
3.
Cari tahu lokasi tujuan
Hal
lain yang tak kalah penting adalah mencari tahu dengan lengkap lokasi tujuan.
Barulah kemudian mencari arah untuk mencapai lokasi tersebut.
Namun,
jika destinasi yang
akan dikunjungi lebih dari satu, sebaiknya prioritaskan dulu mana destinasi
pertama. Kemudian baru cari tahu arah untuk mencapai masing-masing destinasi tersebut.
4.
Gunakan kompas atau indeks peta
Setelah
menemukan posisi anda sekarang dan lokasi tujuan, saatnya menentukan arah
perjalanan. Untuk mengetahui arah, bisa mengunakan kompas. Kompas dan peta jalan beriringan.
Gunakan keduanya untuk mengetahui jalan yang harus dilalui mencapai destinasi
Jika tidak memiliki kompas, bisa menggunakan indeks yang ada di dalam peta. Indeks
peta biasanya berupa kumpulan nama jalan dan informasi lain dan koordinatnya di
dalam peta. Tentu ini akan membimbing menuju lokasi tujuan.
Navigasi Darat
Sebagai seorang penjelajah yang baik, seseorang harus
menguasai berbagai ilmu pendukung. Salah satu dari diantaranya ialah navigasi
atau ilmu tentang cara–cara untuk menentukan atau mengarahkan suatu perjalanan
atau misi dari satu titik pemberangkatan ke titik tujuan dengan cara aman dan
seefisien mungkin. Navigasi darat adalah sebagian dari ilmu navigasi yang dalam
praktiknya selalu mengunakan alat bantu peta dan kompas.dalam materi ini akan
diutarakan mengenai :
1. Pengertian peta topografi
2. Pengertian kompas
3. Teknik pengunaan peta kompas
Yang dimaksud peta ialah gambaran dari permukaan bumi
yang diperkecil dengan skala tertentu sesuai dengan kebutuhan. Peta digambarkan
diatas bidang datar dengan sistem proyeksi tertentu. Peta yang digunakan dalam
kegiatan alam bebas adalah peta topografi, karena peta topografi menggambarkan
secara proyeksi sebagian fisik bumi. Sehingga dengan memperhatikan peta
topografi seseorang dapat memperkirakan bentuk permukaan dari bumi yang akan
dihadapi dilapangan Dalam mengunakan peta topografi juga harus diperhatikan
dalam pengunaannya, karena kelengkapan peta tersebut merupakan petunjuk bagi
pemakai peta tersebut. Adapun kelengkapan peta topografi adalah sebagai berikut
:
1.
Judul Peta
Adalah identitas mengenai peta
tersebut antara lain nama peta/daerah atau identitas lain yang menonjol.
2.
Keterangan
Pembuatan
Merupakan
semua keterangan mengenai pembuatan dan badan/instansi yang menerbitkan
peta, dicantumkan pada bagian kiri bawah dari peta.
3.
Nomor Peta
Angka yang menunjukkan nomor peta yang dicantumkan
pada sudut kanan atas dari peta.
4.
Pembagian
Lembar Peta
Nomor-nomor yang digunakan untuk tujuan mempermudah penggolongan peta bila memerlukan interprestasi suatu daerah yang
lebih luas, dicantumkan disudut kanan bawah dari peta.
5.
Sistem
Koordinat
Pada peta topografi dikenal dengan sistem koordinat,
yaitu perpotongan antara dua garis sumbu. Adapun koordinat yang biasa atau
resmi digunakan adalah :
a.
Koordinat geografis
Sumbu yang digunakan adalah garis bujur (BB dan BT),
yang tegak lurus
dengan garis khatulistiwa dan garis
lintang (LU dan LS) yang sejajar dengan garis
khatulistiwa. Koordinat geografis dinyatakan
dalam satuan derajat, menit dan
detik. Pada peta Bakosurtanal/BIG, biasanya menggunakan koordinat geografis
sebagai koordinat utama. Pada peta ini, satu kotak (atau disebut dengan karvak)
lebarnya adalah 3,7 cm. pada peta skala 1 : 25.000, satu karvak sama dengan do
detik (30²) dan pada
peta skala 1 : 50.000, satu karvak sama dengan 1 menit/60 detik (60²).
Contoh : 114°34¢10² BT dengan
cara baca 114 derajat 34 menit 10 detik Bujur Timur atau 05°15¢17² LS dengan
cara baca 5 derajat 15 menit 17 detik Lintang Selatan.
b.
Koordinat grid
Perpotongan antara sumbu Opsis (X) dengan Ordinat (Y) pada koordinat grid, kedudukan suatu titik dinyatakan dalan ukuran jarak
(meter), sebelah selatan ke utara dan
barat ke timur dari sumbu acuan. Skala
bilangan dari kedua sistem koordinat diatas (geografis dan grid) terletak di
tepi peta. Kedua sistem koordinat yang berlaku Internasional
tersebut sering membingungkan, karena
memang kedua sistem itu tidak mudah dipahami. Oleh karena itu pembacaan
koordinat dibuat sederhana (tidak dibaca seluruhnya).
Misalnya : 72100 mE dibaca 21, 909700 mN dibaca 97 dan
seterusnya.
c.
Koordinat lokal
Untuk memudahkan dalam membaca koordinat (pada peta
yang tidak ada gridnya). Dapat dibuat garis-garis seperti grid peta. Perlu
diingat dalam menggunakan
koordinat lokal, semua unsur yang terlibat mesti diseragamkan dan untuk
menghindari kekacauan.
6.
Skala
Adalah perbandingan jarak dipeta dengan jarak horizontal
sebenarnya dimedan (lapangan).
………..Jarak di
peta JP JP
SKP = _________
= ____
JM =
___
……….Jarak
dimedan JM
SP
7.
Orientasi
Arah Utara
Pada peta topografi terdapat tiga arah utara yang harus diperhatikan sebelum mengunakan peta dan kompas. Karena
tiga arah utara tersebut tidak berada pada satu
garis, tiga arah utara tersebut adalah :
·
Utara sebenarnya (true north) US/TN
diberi symbol ( * ) bintang, yaitu utara
yang melalui kutub utara di selatan bumi.
·
Utara peta (grid north) UP/GN diberi
symbol GN, yaitu utara yang sejajar dengan garis jala (sumbu Y).
·
Utara magnetis (magnetic north) UM
Karena
ketiga arah utara tersebut tidak berada pada satu garis, maka akan terdapat penyimpangan–penyimpangan
sudut :
a.
Penyimpangan sudut antara US-UP
disebut Iktilat Peta (IP) atau konvegensi merimion.
b.
Penyimpangan sudut antara US-UM
disebut Iktilat Magnetis (IM) atau Deklinasi.
c.
Penyimpangan sudut antara UP-UM
disebut sudut peta magnet (SPM) atau Deviasi. Dalam peta biasa ditulis GM Angle
(Grid Magnetic Angle).
Dalam
mengunakan peta dan kompas harus diperhatikan tiga arah utara tersebut (ada
perhitungan koreksi arah) untuk lintasan–lintasan yang relative pendek
diabaikan. Tetapi variasi magnetisnya harus diperhatikan.
8.
Garis
Kontur/Garis Ketinggian
Merupakan gambaran bentuk permukaan bumi yang sama
tinggi yang diukur dari permukaan laut.
Sifat-sifat
garis kontur:
a.
Garis kontur selalu merupakan kurva
tertutup sejajar dan tidak akan memotong satu sama lain
b.
Garis kontur yang didalam selalu
lebih tinggi dibanding yang diluar.
c.
Interval kontur selalu merupakan kelipatan
sama
d.
Indeks kontur diratakan dengan garis tebal
9.
Legenda
Peta
Adalah informasi tambahan untuk memudahkan
interprestasi peta. Baik itu unsur yang dibuat manusia maupun alam
Legenda peta yang penting untuk dipahami antara lain:
Titik ketinggian
Jalan setapak
Garis batas wilayah
Jalan raya
Air
Pemukiman
Kuburan
I.
Memahami
Peta Topografi

1.
Membaca
Garis Kontur
a.
Punggungan Gunung
Punggungan gunung merupakan rangkaian garis kontur
berbentuk huruf “U” ujung dari huruf U menunjukkan tempat atau daerah yang lebih
pendek dari kontur diatasnya.
b.
Lembah/Sungai
Lembah/sungai merupakan rangkaian garis kontur yang
berbentuk “∩”
c.
Daerah landai/datar dan terjal/curam.
d.
Daerah datar
garis konturnya jarang-jarang. Daerah terjal garis konturnya rapat-rapat.
2.
Menghitung Harga Interval Kontur
Bila harga interval kontur tidak dicantumkan pada
peta, maka harus dihitung :
a.
Cari dua titik ketinggian yang
berbeda (berdekatan). Sebut saja pertama
adalah A dan titik kedua adalah B dalam hal ini titik A dan B diketahui.
b.
Hitung selisih ketinggian A dan B.
c.
Hitung jumlah kontur dari A sampai
B.
d.
Bagilah selisih A-B dengan jumlah
kontur A-B, hasilnya adalah interval kontur.
3.
Utara Peta
Setiap kali menghadapi peta topografi pertama-tama carilah
arah utara dari peta itu, selanjutnya disebut utara peta.
Cara menentukan utara peta:
a.
Lihat judul peta, judul peta selalu
ada pada utara peta (bagian atas dari peta).
b.
Lihat tulisan nama gunung dan desa
di dalam peta. Utara peta adalah bagian atas peta tersebut.
4.
Mengenal Tanda Medan
Beberapa tanda medan dapat dibaca sebelum berangkat
kelapangan dan carilah dilapangan. Tanda-tanda
medan antara lain :
a.
Lembah antara dua puncak
b.
Lembah yang curam.
c.
Ujung desa atau persimpangan jalan.
d.
Perpotongan sungai dengan jalan
setapak
e.
Percabangan sungai, belokan sungai,
air terjun, dan lain-lain.
Untuk daerah yang datar dapat digunakan :
a.
Persimpangan jalan
b.
Percabangan sungai, jembatan dll.
Gunakan bentang-bentang atau bentuk alam yang menyolok
dilapangan dan mudah ditemukan/dikenal dipeta. Tanda medan mutlak harus
dipahami karena sangat menunjang dalam orientasi.
5.
Menggunakan Peta
Pada perencanaan perjalanan dengan menggunakan Peta
Topografi sudah tentu titik awal dan akhir akan diplot di peta. Sebelum
berjalan catatlah :
a.
Koordinat titik awal (A)
b.
Koordinat titik tujuan (B)
c.
Sudut peta AB
d.
Tanda medan apa saja yang akan
dijumpai sepanjang lintasan
AB
e.
Berapa lintasan AB dan berapa
kira-kira waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan lintasan A sampai B
tersebut
6.
Membaca Koordinat
Pada koordinat grid harga koordinat adalah perpotongan
antara sumbu (X) dan (Y).Cara menyatakan koordinat :
a.
Cara 6 angka misalnya koordinat
titik A (234 ; 622), B (237 ; 461)
b.
Cara 8 Angka misalnya koordinat titk
A (3740 ; 6225), B (3776 ; 6417). Cara 8 angka lebih akurat dibanding 6 angka.
7.
Mengatur Jarak atau Panjang Lintasan
a.
Panjang lintasan datar
Ukur panjang
lintasan dengan mistar untuk lintasan yang berbelok dapat mengunakan benang
yang kemudian diukur dengan mistar.
b.
Panjang lintasan sebenarnya
Peta dibuat
penampang dengan jalan menyayat (skala vertical dan horizontal) harus
disesuaikan dengan skala peta. Gambar sayatan lintasan A – B tersebut
memperlihatkan kemiringan dan juga penampang bentuk peta. Ukuran panjang
lintasan dengan mengalikannya dengan skala maka didapat jarak sebenarnya.
8.
Membuat rencana perjalanan diatas peta tidak begitu
sukar, yang perlu diingat karena dilapangan nanti anda akan berhadapan dengan
kondisi alam yang nyata. Perhatikan sifat-sifat kontur dan legenda peta.
II.
Kompas
Kompas adalah salah satu alat bantu dari navigasi
darat. Sebagai penentu arah, dan alat pengukur sudut mendatar. Jarum kompas
akan selalu mengarah/menunjukkan arah utara kutub magnet bumi. Arah yang
ditunjukkan oleh jarum kompas disebut Utara Magnet (UM). Sedang sudut yang
dibuat/dibentuk antara UM dengan garis sasaran disebut Sudut Kompas (SK)
Kompas dipakai dengan posisi horizontal sesuai dengan arah garis medan
magnet bumi. Dalam memakai kompas, perlu dijauhkan dari pengaruh benda-benda
yang mengandung logam seperti pisau, golok, carabiner, tiang tenda, jan tangan
dan lain sebagainya. Kehadiran benda-benda tersebut akan mempengaruhi jarum
kompas sehingga ketepatannya akan berkurang. Menurut kegunaan dan fungsinya
yaitu :
1)
Kompas orientasi, yaitu
jenis kompas yang digunakan untuk orientasi dalam suatu perjalanan
(orienteering). Contohnya kompas silva.
2)
Kompas bidik, yaitu kompas
yang digunakan untuk membidik objek serta arah yang akan kita lalui. Contohnya
kompas prisma.
3)
Kompas geologi, yaitu kompas
yang digunakan untuk menentukan arah serta kemiringan dalam pekerjaan geologi.
Contohnya kompas geologi.
III. Teknik Peta Dan Kompas
- Orientasi
peta
Orientasi peta yang dilakukan dengan kompas
terdapat dua cara, yaitu resection (menentukan posisi kita)
dan intersection (menentukan posisi orang lain). mungkin bagi
orang awam materi ini tidak telalu mudah dipahami, namun bagi orang yang telah
berpengalaman seperti para pecinta alam, ini wajib dikuasai. Orientasi peta diartikan
sebagai cara untuk membaca kenampakan medan yang kemudian disesuaikan
dengan peta, juga termasuk mengetahui arah dan posisi kita di
lapangan. Orientasi peta termasuk pula mengatahui posisi kita di peta dan
titik posisi (orang atau objek lainnya) yang kita ketahui di peta.
Disamping
mengetahui tentang peta, kita perlu juga mengetahui teknik membaca dan mengetahui
arah tanpa kompas atau dengan tanda alam lainnya. Sekarang hal yang
perlu kita ketahui sebelum memasuki suatu daerah tertentu, biasakan untuk
mencari informasi (khususnya bertanya kepada penduduk setempat) mengenai
nama-nama tanda medan yang terlihat/mudah diingat. Tanda medan
itu dapat diinterperestasikan di peta yang nantinya akan dipergunakan, misalnya
nama puncak gunung, nama bukit, sungai, nama desa dan sebagainya
sebab inilah informasi/keterangan yang paling berharga. Perlu
diperhatikan dan diingat, bahwa tanda medan akan berubah bentuknya bila dilihat
dari titik kedudukan yang berbeda, maka dalam orientasi harus berhati-hati.
Langkah-langkah dalam melakukan orientasi medan adalah sebagai berikut :
1)
Carilah tempat terbuka sehingga tanda-tanda medan
terlihat dengan jelas, kemudian Buka dan letakkan peta pada tempat yang datar.
2)
Letakkan kompas diatas peta dengan posisi garis bantu
orientasi kompas sejajar dengan sumbu Y dipeta.
3)
Putar-putarlah peta (jangan merubah posisi kompas)
hingga jarum kompas sejajar dengan grid/sumbu Y, bila sudah maka letak peta
sudah sesuai dengan bentang alam yang dihadapi.
4)
Cari tanda-tanda medan yang menonjol, kemudian
cocokkan dengan peta dan beri tanda/catatlah.
5) Cari tanda
sebanyak mungkin sehingga anda sudah mulai paham dengan daerah tersebut dan
sudah dapat memperkirakan posisi anda di peta.
2.
Resection
Adalah cara mengetahui posisi kita
di peta dengan bantuan minimal dua buah titik yang kita ketahui di peta dan
terlihat jelas di lapangan. Dapat dilakukan dengan cara:
1)
Lihat peta dan tanda medan/alam nyata yang mudah
dikenal di lapangan seperti, puncak bukit, tikungan jalan ataupun pertigaan
jalan/sungai. Lakukan
orientasi kemudikan cocokkan tanda medan dengan peta, tentukan dua titik yang terlihat di
peta dan juga terlihat jelas di alam bebas
2)
Bidik
dengan kompas dari posisi kita berdiri ke kedua titik yang kita jadikan sebagai
target sehingga kita dapatkan azimuthnya.
3)
Kemudian
hitunglah back azimuth (tambah
dengan 180 derajat bila nilainya kurang dari 180, dan sebaliknya). Misalnya
tanda medan adalah puncak bukit X (SKX) sudut kompas X = 288°
Sudut peta =
288° – 180° = 108°
4)
Kemudian plot dipeta sebesar SKX (180′) dengan
mengunakan busur derajat dan penggaris.
5)
Lakukan hal yang sama untuk titik yang kedua, misalnya
titik P diperoleh SKP = 319′ jika melakukan langkah-langkah yang benar
maka akan diperoleh perpotongan antara SKX dan SKP. Perpotongan tersebut anggap
kita beri nama titik N.
6)
Titik N itu adalah
posisi dipeta.
Resection dapat dilakukan hanya dengan satu tanda medan atau titik
ketinggian. Hal ini terjadi bila berada di tepi jurang, tepi sungai, jalan
setapak yang ada di peta atau di garis pantai, dan sebagainya yang tidak
memerlukan titik lain untuk menembak.
3.
Intersection
Prinsip intersection adalah menentukan posisi
suatu titik (benda) di peta dilakukan
bila sasaran bidik dapat kita lihat dari dua tempat/tanda medan yang berbeda dengan jelas.
Intersection digunakan untuk mengetahui atau memastikan posisi orang
lain/tempat lain yang terlihat dilapangan, tetapi sukar untuk dicapai. Dengan melakukan orientasi medan, kita bisa tahu dimana
posisi kita dan kita juga bisa tahu posisi tujuan kita. Sehingga kita dapat
menentukan arah perjalanan selanjutnya, misalnya arah pulang.
Langkahnya adalah :
1.
Lihat
dan perhatikan tanda medan yang
mudah dikenal di lapangan. Contohnya puncak bukit, pegunungan, tikungan potong,
sungai ataupun tebing.
2.
Bidikkan
kompas dari posisi berdiri
(letaknya sudah pasti diketahui di medan dan di peta) ke sasaran bidik.
3.
Misal
tempat berdiri adalah X, dengan hasil bidikan sebesar 130' terhadap sasaran.
Maka sudut peta adalah 130° (Azimuth).
4.
Dengan
menggunakan busur derajat dan penggaris,
polakan/buatlah garis dari titik sasaran dengan acuan besar sudut peta.
Lakukan hal yang sama dengan tempat yang kedua, misal Y.
5.
Bila
kita melakukannya dengan benar maka akan didapatkan titik perpotongan antara
kedua garis tersebut. Titik perpotongan itulah yang kita tuju di peta.
* Dirangkum dari berbagai sumber
Referensi :
Diktat Navigasi Darat Pendidikan – SAR BANTU DARAT
Diktat Kartografi – DEP. HANKAM
Membaca Peta dan Ilmu Medan – Staf AD
The Concise Book of Orienteering – Roger Smith