Penyakit
gunung biasanya hadir di sela kita saat kita sedang aktif dalam kegiatan
pendakian gunung. Sering juga kita tidak menyadarinya atau tidak mengetahuinya.
Padahal, aneka penyakit gunung akan menjadi berbahaya apabila kita telah
terkena dan lambat dalam penanganannya. Berikut ini untuk menambah pengetahuan
kita tentang penyakit gunung dan
cara penanganannya.
HEAT CRAMPS
Heat cramps atau
kram karena panas adalah kejang otot hebat akibat keringat berlebihan, yang terjadi
selama melakukan aktivitas pada cuaca yang sangat panas. Heat
cramps disebabkan oleh hilangnya banyak cairan dan garam
(termasuk natrium, kalium dan magnesium) akibat keringat yang berlebihan, yang
sering terjadi ketika melakukan aktivitas fisik yang berat. Jika tidak segera
diatasi, heat cramps bisa
menyebabkan heat exhaustion.
Gejalanya :
·
Kram yang tiba-tiba mulai timbul di tangan, betis
atau kaki.
·
Otot menjadi keras, tegang dan sulit untuk
dikendurkan, terasa sangat nyeri.
Penanganannya:
Dengan meminum atau memakan minuman/makanan yang mengandung garam.
Dengan meminum atau memakan minuman/makanan yang mengandung garam.
HEAT
EXHAUSTION
Heat exhaustion atau
kelelahan karena panas adalah suatu keadaan yang terjadi akibat terkena/terpapar
panas selama berjam-jam, dimana hilangnya banyak cairan karena berkeringat
menyebabkan kelelahan, tekanan darah rendah dan kadang pingsan. Jika tidak
segera diatasi, heat exhaustion bisa menyebabkan heat
stroke.
Gejalanya:
- Kelelahan.
- Kecemasan yang meningkat, serta badan basah kuyup
karena berkeringat.
- Jika berdiri, penderita akan merasa pusing karena
darah terkumpul di dalam pembuluh darah tungkai, yang melebar akibat panas.
- Denyut jantung menjadi lambat dan lemah
- Kulit menjadi dingin, pucat dan lembab
- Penderita menjadi linglung/bingung terkadang
pingsan.
Penanganannya:
Istirahat didaerah yang teduh. Berikan minuman yang mengandung elektrolit.
Istirahat didaerah yang teduh. Berikan minuman yang mengandung elektrolit.
HEAT STROKE
Heat stroke adalah
suatu keadaan yang bisa berakibat fatal, yang terjadi akibat terpapar panas
dalam waktu yang sangat lama, dimana penderita tidak dapat mengeluarkan
keringat yang cukup untuk menurunkan suhu tubuhnya. Jika tidak segera
diobati, heat stroke bisa menyebabkan kerusakan yang permanen atau
kematian. Suhu 41° celsius adalah
sangat serius, 1 derajat diatasnya seringkali berakibat fatal. Kerusakan
permanen pada organ dalam, misalnya otak bisa segera terjadi dan sering
berakhir dengan kematian.
Gejalanya:
·
Sakit kepala.
·
Perasaan berputar (vertigo).
·
Kulit teraba panas, tampak merah dan biasanya
kering.
·
Denyut jantung meningkat dan bisa mencapai
160-180 kali/menit (normal 60-100 kali/menit).
·
Laju pernafasan juga biasanya meningkat, tetapi
tekanan darah jarang berubah.
·
Suhu tubuh meningkat sampai 40°-41° Celsius,
menyebabkan perasaan seperti terbakar.
·
Penderita bisa mengalami disorientasi (bingung) dan bisa mengalami penurunan kesadaran
atau kejang.
Penanganannya:
ü Pindahkan
korban dengan segera ketempat yang sejuk, buka seluruh baju luarnya.
ü Bungkus
korban dengan selimut yang sejuk dan basah. Usahakan agar selimut tetap basah.
Dinginkan korban hingga suhunya mencapai 38° Celcius.
ü Saat
temperatur mencapai 38° celcius, ganti selimut basah dengan yang kering,
lanjutkan perawatan pada korban secara hati-hati.
MOUNTAIN SICKNESS
Penyebab
utamanya adalah penurunan kadar
oksigen didalam darah karena berada di ketinggian tertentu. Faktor
yang bisa menjadi penyebabnya adalah :
- Kurangnya aklimatisasi (proses penyesuaian dua kondisi lingkungan yang berbeda).
- Pergerakan mencapai ketinggian tertentu yang terlalu cepat.
Gejalanya:
·
Pusing.
·
Nafas sesak.
·
Tidak nafsu makan.
·
Mual terkadang muntah.
·
Badan terasa lemas, lesu, malas.
·
Jantung berdenyut lebih cepat.
·
Penderita sukar tidur.
·
Muka pucat, kuku dan bibir terlihat kebiru-biruan.
Penanganannya:
- Beristirahat yang cukup, pada umumnya gejala ini akan hilang dengan sendirinya setelah beristirahat selama 24 s/d 48 jam.
- Jika kondisi tidak membaik turunkan si penderita dari ketinggian tersebut, sekitar 500 s/d 600 meter.
HYPOTERMIA
Hypotermia adalah suatu keadaan dimana
kondisi tubuh tidak dapat menghasilkan panas disertai menurunnya suhu inti
tubuh dibawah 35° C. Hal tersebut disebabkan beberapa faktor, diantaranya :
Suhu yang ekstrim.
- Pakaian yang tidak cukup sehingga mengenakan pakaian basah.
- Kurangnya makanan yang mengandung kalori tinggi.
Gejalanya:
·
Menggigil.
·
Dingin, pucat, kulit kering.
·
Bingung, sikap-sikap tidak masuk akal, lesu, ada
kalanya ingin berkelahi.
·
Jatuh kesadaran.
·
Bernapas pelan dan pendek.
·
Denyut nadi yang pelan dan melemah.
Gejalanya dilihat dari suhunya:
·
37° : Adalah suhu normal
·
36°-35° : Menggigil dengan disertai bulu roma
berdiri, namun masih bisa terkendali. Mempengaruhi gerak langkah menjadi lamban
dan koordinasi tubuh mulai terganggu.
·
35° : Menggigil hingga tidak terkendali
·
35°-33° : Pengambilan keputusan dan koordinasi
tubuh mulai kabur, langkah kaki sering tersandung, berbicara kasar (dipaksakan
untuk keras)
·
33° : Tubuh semakin menggigil. Denyut nadi dan
tekanan darah mulai menurun
·
32°-29° : Menggigil berhenti. Kebingungan
meningkat, meracau, ingatan hilang, gerakan tersentak sentak, biji mata mulai
membesar.
·
29°-28° : Otot menjadi kaku, biji mata membesar,
denyut nadi melemah dan tidak teratur, tarikan nafas melemah, warna kulit tubuh
kebiru biruan, tingkah laku kacau, menuju ke arah tidak sadar
·
27° : Pingsan dan biji mata tidak lagi menjawab
gerakan cahaya, kehilangan gerakan spontan tampak seperti telah meningeal
·
26° : Koma yang sangat darurat, suhu tubuh mulai
menurun dengan cepat sekali
·
20° : Denyut jantung berhenti
Penanganannya:
- Jangan biarkan orang yang terkena hypotermia tidur, karena hal ini dapat membuatnya kehilangan kesadaran sehingga tidak mampu lagi menggangatkan badannnya sendiri. Menggigil adalah usaha secara biologis dari badan untuk tetap hangat, karena itu usahakan untuk tidak tidur.
- Berilah minuman hangat dan manis kepada si penderita hipotermia.
- Bila baju yang di pakai basah segera mungkin gantilah dengan baju yang kering.
- Usahakan untuk mencari tempat yang aman dari hembusan angin, misalnya dengan mendirikan tenda atau pelindung lainnya.
- Jangan baringkan si penderita di tanah dan usahakan agar memakai alas kering dan hangat.
- Masukkanlah si penderita ke dalam kantong tidur. Usahakan agar kantong tidur tersebut di hangatkan terlebih dahulu ke dalam kantong tidur tersebut. Ingat, memasukkan penderita hipotermia ke dalam kantong tidur yang dingin tidak akan memadai karena badan si penderita tidak akan dapat lagi menghasilkan panas yang mampu menghangatkan kantong tidur tersebut.
- Letakkan yang di isi dengan air hangat (bukan panas) ke dalam kantong tidur untuk membantu memanaskan kantong tidur.
- Bila kantong tidur cukup lebar, maka panas badan orang yang masih sehat dapat membantu si penderita secara langsung, yaitu dengan tidur berdampingan di dalam satu kantong tidur. Kalau mungkin, dua orang masih sehat masuk ke dalam kantong tidur rangkap dua, kemudian si penderita di selipkan di tengah tengahnya.
- Kalau dapat buatlah perapian di kedua sisi si penderita.
- Segera setelah si penderita sadar berikanlah makanan dan minuman manis, karena hidrat arang merupakan bahan baker yang cepat sekali menghasilan panas dan energi.
KRAM OTOT
Penyakit
ini timbul akibat kekurangan kadar garam dalam tubuh.
Gejalanya :
·
Kejang-kejang pada otot yang datangnya secara mendadak.
·
Nyeri pada otot yang tegang yang datangnya berulang-ulang.
·
Pada perabaan otot-otot yang keram terasa tegang serta terasa
benjolan-benjolan otot.
Penanganannya:
- Baringkan penderita.
- Renggangkan otot-otot yang kram dengan menarik atau mendorongnya.
- Berikan tablet garam.
FROSTBITE
Timbul dalam pendakian gunung es sebagai
akibat membekunya sel-sel air dalam sel-sel antara kulit dan kapiler (pembuluh
darah kecil). Karena temperatur kulit dibawah 10°
C
Gejalanya :
·
Kulit padat, putih keabu-abuan.
·
Jaringan kulit akan mengeras dan dapat meluas ke otot da
selanjutnya ketulang.
·
Bagian yang terkena terasa dingin bahkan mati rasa.
Penanganannya:
- Bungkus bagian yang terkena dengan bahan yang kering dan tahan air (water crous).
- Masukkan penderita kedalam tenda, lalu masukkan bagian yang membeku ke dalam air hangat bersuhu 30° C.
- Bila telah meluas, jalan satu-satunya adalah dipotong (amputasi)
HIPOKSIA
Hipoksia yaitu
kondisi simtoma kekurangan
oksigen pada jaringan tubuh yang terjadi akibat pengaruh perbedaan ketinggian.
Pada kasus yang fatal dapat berakibat koma, bahkan sampai dengan kematian.
Namun, bila sudah beberapa waktu, tubuh akan segera dan berangsur-angsur
kondisi tubuh normal kembali.
Efek hipoksia yang paling dini terhadap fisiologi
tubuh adalah menurunnya ketajaman penglihatan di malam hari. Kecepatan paru-paru
meningkat. Bila keadaan lebih tinggi lagi, ditemukan gejala seperti : rasa
mengantuk, kelesuan, kelelahan mental, sakit kepala, mual dan kadang-kadang euforia atau rasa nyaman yang
semu.
Gejala sakit kepala
memang tampak dominan. Jika berlebihan, membuat kejang clan mengakibatkan koma
clan mati rasa. Pertimbangan daya ingat terhadap lingkungan menjadi berkurang,
sehingga menvebabkan kurangnya kontrol terhadap gerakan motorik terganggu.
Akibatnya, kemungkinan kecelakaan jauh lebih besar.
Tingkat Hipoksia
·
Hipoksia Fulminan. Dimana terjadi pernapasan yang sangat cepat. Paru-paru
menghirup udara tanpa adanya udara bersih (oksigen). Sering dalam waktu satu
menit akan jatuh pingsan.
·
Hipoksia Akut. Terjadi pada udara yang tertutup akibat
keracunan karbon monoksida. Misalnya, seorang pendaki gunung tiba-tiba panik
tatkala udara belerang datang menyergap. Udara bersih tergantikan gas racun,
akhirnya paru-paru tak kuasa menyedot udara bersih. Mendadak ia pingsan.
Dampak dari Hipoksia adalah :
- Kesulitan dalam koordinasi, berbicara, dan konsentrasi
- Kesulitan bernapas, mengantuk, kelelahan dan sianosis
- Penurunan penglihatan, pendengaran dan fungsi sensorik lainnya
- Keringat dingin
Bila berlanjut
dapat mengakibatkan ketidaksadaran dan akhirnya meninggal. Hal ini tergantung
pada ketinggian dan kondisi
pendaki.
Proses hipoksia timbul secara perlahan. Biasanya pendaki gunung yang terlalu lama dalam
perjalanan pendakian, sesampainya di rumah tubuhnya tidak bisa menerima
perubahan suhu. Hipoksia yang terjadi
berjalan agak lama. Tentu saja hal ini akan mengganggu proses pernapasan yang
dilakukan paru-paru.
Untuk mencegah
dampak buruk dari hipoksia, para pendaki gunung yang
sebelumnya mengidap penyakit jantung, pernapasan clan sirkulasi darah
dianjurkan untuk tidak mencapai ketinggian yang melebihi daya tahan tubuh.
Dengan demikian, sebelum mendaki
gunung periksa keadaan diri.
7 Tips P3K saat Berpetualang
Saat
berpetualang di luar ruangan, kecelakaan kecil sering dan mudah terjadi. Dan
sangat penting untuk mengetahui tindakan apa yang harus dilakukan jika disekitar
kita ada yang mengalami kecelakaan ringan. Dan berikut ini tentang 7 tips P3K dasar saat berpetualang yang
di ambil dari 'Lonely Planet's Book of Everything' yang dikutip News
Australia.
Ada
beberapa barang P3K yang
penting dibawa saat berpetualang. Beberapa di antaranya adalah plester, krim atau kapas antiseptik, aspirin, lotion calamine,
kapas steril, alkohol untuk luka luar, gunting, senter, dan penjepit.
1.
Mimisan
Jika kita
atau partner petualangan mimisan,
cobalah duduk. Perlahan, dongakkan kepala ke atas dan biarkan mulut terbuka.
Menggunakan tangan, jepit bagian bawah lubang hidung dan tahan sekitar 15 menit. Bernafaslah lewat mulut.
Longgarkan
jepitan perjalan. Jangan pegang area hidung selain bagian bawah, dan tetaplah bernafas lewat
mulut. Kalau 20 menit kemudian mimisan belum juga berhenti, coba cari
pertolongan medis.
2.
Cegukan
Walaupun
bukan penyakit yang fatal, cegukan kerap
mengganggu para petualang.
Untuk mengurangi rasa tidak nyaman akibat cegukan, cara dasar yang ampuh
adalah menstimulasi diafragma sendiri.
Tarik
nafas panjang dari hidung, tahan sekitar 5 detik, kemudian keluarkan perlahan
dari mulut. Perbanyak minum air
putih, namun jangan sekali tenggak. Minum sedikit demi sedikit dan telan
pelan-pelan.
3.
Luka bakar kecil
Lepaskan
segala hal yang menempel dengan luka
bakar. Kalau lukanya di tangan maka lepaskan jam tangan, gelang atau
cincin. Kalau berada di bagian yang tertutup baju, coba lepas atau sobek di
bagian luka bakar.
Basuh
atau diamkan luka bakar di
air dingin yang mengalir, sungai yang jernih misalnya, selama beberapa menit.
Ambil kain, celupkan ke air dingin lalu
kompres sampai sakitnya berkurang. Setelah itu, baru bersihkan luka bakar kecil
dengan kain bersih atau steril jika memungkinkan.
4.
Luka bakar besar
Kalau
pakaian terkena api, siramlah dengan air. Selimuti dengan selimut dan tempatkan
di tanah. Jangan coba-coba melepas baju atau pakaiannya yang mungkin sudah
menempel dengan luka bakar.
Tutupi
luka bakar yang tidak terkena pakaian dengan kain bersih/steril untuk menutupi infeksi. Penting
untuk tidak mengoleskan minyak,
mentega, atau margarin
(beberapa orang awam biasa melakukan ini). Jangan pula mengaplikasikan lotion apa pun pada luka.
5.
Mabuk perjalanan
Mabuk
biasanya disebabkan oleh gerakan konstan yang menstimulasi telinga bagian
dalam. Untuk mencegahnya, mampirlah ke apotek sebelum melakukan perjalanan dan belilah obat anti
mabuk. Produk-produk yang mengandung Antihistamines bisa mengatasi mabuk perjalanan kalau diminum satu
jam sebelum berangkat.
Agar
tidak pusing selama perjalanan, fokuskan padangan lurus ke depan. Jangan lihat
benda-benda yang letaknya dekat atau objek yang terus bergerak.
6.
Kulit terbakar dan melepuh
Kalau
kulit terbakar sinar matahari, aplikasikan sunblock atau lotion
calamine (seperti Caladine). Tutupi bagian yang terbakar dengan kain
ringan seperti kaus atau pasmina.
Jika
kulit mulai menggembung lalu melepuh, cara paling ampuh untuk menyembuhkannya
adalah dengan membiarkannya saja. Jangan pegang apalagi memecahkan gelembung
berisi air tersebut. Kalau pecah, kulit menjadi luka dan kemungkinan infeksi akan lebih parah.
7.
Serangan jantung
Serangan
jantung bisa disebabkan oleh kelelahan akibat panas saat terus-terusan
berkeringat. Saat keringat itu berhenti sepenuhnya, tubuh akan menjadi kering
dan sulit bernafas.
Hal
pertama yang harus dilakukan adalah meminta bantuan medis. Cari tahu nomor
telepon rumah sakit terdekat dan panggil ambulans.
Yang
terkena serangan jantung harus
ada di tempat yang teduh dan rindang. Posisikan dirinya dalam keadaan duduk,
kepala sedikit didongakkan ke atas. Ambil majalah/buku dan kipas-kipas sampai
temperatur tubuhnya kembali normal.
Cedera Otot dalam
Pendakian Gunung
Cedera otot dalam pendakian gunung -
sering di alami oleh banyak pendaki. Kita sering mengalami pegal-pegal kaki
setelah turun dari gunung. Bahkan untuk sekedar berjalan saja terasa sakit. Dan
berikut ini tentang cedera otot
dalam pendakian gunung beserta cara pencegahannya.
1.
Kram Betis
Kram betis (strained calves)
dirasakan seperti terbakar, tidak ada tenaga dan kram pada otot betis. Hal ini
diakibatkan saat mendaki tanjakan
berbatu yang mengharuskan kita memanjat dengan menaikkan kaki satu
persatu sehingga beban tertumpu hanya pada betis , bukannya pada otot paha dan
bokong.
Jika
mengalaminya saat mendaki, kita harus istirahat, letakkan kaki yang sakit lebih
tinggi dari jantung, dan pijat untuk melemaskannya. Untuk mencegah, sebelum
mendaki kita harus melatihotot paha
dan otot bokong kita sehingga otot tersebut bisa jadi tumpuan saat menanjak memanjat.
2.
Cedera Pergelangan Kaki
Cedera
pergelangan kaki (rolled ankle) ini berupa rasa sakit dan bengkak pada
pergelangan kaki, meski kita tidak menyadari kalau kita keseleo selama perjalanan. Cedera
ini disebabkan jika otot betis ke
bawah kurang kuat sehingga tidak memberikan kestabilan pada pergelangan kaki
saat berjalan di tempat yang tidak rata seperti berbatu atau tanah bergelombang.
Untuk
pencegahannya latih keseimbangan satu kaki dengan membawa beban untuk
memperkuat otot kaki bawah kita termasuk pergelangan kaki. Jika bolak-balik
mengalami cedera, gunakan boot potongan tinggi.
3.
Lutut Gemetar
Sakit
di otot paha dan lutut gemetar (sore
on quads and/or knee). Penyebabnya adalah saat turun dengan bawaan masih
berat, posisi kesejajaran antara pinggul, lutut dan pergelangan kaki yang tidak
tepat, dan terakhir akibat kaki panjang sebelah.
Untuk
mecegah, latih otot torso kita
yaitu mulai dari bahu sampai pinggul sehingga tubuh kita stabil dalam membawa
beban berat saat turun pendakian. Gunakan juga trekking pole kalau turun gunung.
4.
Otot Pinggul Sakit
Radang sendi pinggul (hip bursitis)
dirasakan sakit luar biasa setiap langkah kita akibat kerusakan jaringan lunak
di daerah pinggul. Alhasil, cara jalan kita pasti jadi aneh, seperti malas
mengangkat paha kita. Ini yang paling sering kita alami sebenarnya bagi yang suka
mendadak mendaki di akhir minggu tanpa persiapan olahraga beberapa minggu
sebelumnya.
Banyak
duduk di kantor, langsung mau mendaki, otot pinggul kita lah yang jadi sasaran
kram dan sakit selama pendakian. Latihan hip abductor sangat
membantu menguatkan otot-otot pinggul kita.
5.
Metatarsalgia
Metatarsalgia (nyeri pada tulang jari tepat sebelum jari-jari kaki) dirasakan seperti ada batu tajam di dalam sepatu kita. Hal ini terjadi jika kita menggunakan sepatu yang memiliki ujung sempit atau terlalu lekuk ke atas, selain kebiasaan menapak dengan ujung sepatu terlalu berlebihan saat pendakian.
Metatarsalgia (nyeri pada tulang jari tepat sebelum jari-jari kaki) dirasakan seperti ada batu tajam di dalam sepatu kita. Hal ini terjadi jika kita menggunakan sepatu yang memiliki ujung sempit atau terlalu lekuk ke atas, selain kebiasaan menapak dengan ujung sepatu terlalu berlebihan saat pendakian.
Ubah
kebiasaan menapak. Tekanan
saat menapak harus didistribusikan sampai ke tumit. Bantalan tambahan
pada sole dalam dapat
mengurangi tekanan di pangkal jari saat menapak.
Lecet dalam Pendakian
Di
dalam sebuah pendakian, keberhasilan suatu kegiatan di alam terbuka juga
ditentukan oleh perencanaan dan perbekalan yang tepat. Hal-hal yang menjadi
perhatian dalam kaitannya dengan perencanaan perjalanan itu antara lain
mengenal jenis medan,
menentukan tujuan kegiatan, mengetahui lamanya perjalanan, mengetahui
keterbatasan kemampuan fisik untuk membawa beban dan memperhatikan hal-hal
khusus seperti obat-obatan tertentu misalnya.
Hal ini
dimaksudkan untuk memberikan efektifitas
kerja kepada setiap pendaki dengan membawa apa yang perlu dibawa dan melakukan
apa yang perlu dilakukan. Dengan cara ini maka potensi terjadinya bahaya cedera
dapat dikurangi meskipun tidak dapat dihilangkan.
Dari
kajian pustaka dan pengamatan peneliti di lapangan, maka terdapat beberapa
macam cedera pada pendaki gunung yang sedang melakukan aktifitasnya mendaki gunung yang dapat
dikelompokkan sebagai berikut:
1.
Lecet
Lecet
merupakan cedera tingkat 1 (cedera ringan) yang terjadi berupa goresan di kulit
karena benda tajam. Pada cedera ini penderita tidak mengalami keluhan yang
serius namun dapat mengganggu penampilan seseorang. Setiap cedera yang menyebabkan lapisan
kulit terluar terkelupas, sehingga jaringan di bawahnya terpapar oleh bakteri
dan kemungkinan infeksi disebut lecet
2.
Memar
Memar
adalah cedera yang disebabkan oleh benturan benda keras pada jaringan lunak
tubuh. Dari sumber lain disebutkan Memar atau lebam adalah suatu jenis cedera
pada jaringan tubuh yang menyebabkan aliran darah dari sistem kardiovaskular mengendap pada jaringan
sekitarnya, disebut hematoma,
dan tidak disertai robeknya lapisan kulit.
Memar
ditimbulkan oleh trauma seperti
tumbukan benda tumpul dan menimbulkan rasa sakit walaupun pada umumnya tidak
berbahaya. Endapan sel darah pada jaringan kemudian mengalami fagositosis dan didaurulang
oleh makrofaga. Warna biru
atau ungu yang terdapat pada memar merupakan hasil reaksi konversi dari
hemoglobin menjadi bilirubin.
Lebih lanjut bilirubin akan dikonversi menjadi hemosiderin yang berwarna
kecokelatan.
3.
Kram
Ada beberapa
faktor yang mempengaruhi terjadinya kram otot ini seperti pada saat otot
mengalami kelelahan dan secara tiba-tiba meregang, maka otot tersebut (dengan
terpaksa) akan meregang secara penuh dan ini dapat mengakibatkan kram.
Kram
juga dapat disebabkan karena adanya ketidaksempurnaan biomekanik tubuh karena
adanya malalignment (ketidaksejajaran)
dari bagian kaki bawah atau keadaan otot yang terlalu kencang. Kekurangan beberapa
jenis mineral tertentu (seperti zat
sodium, potassium, kalsium, zat besi dan posphor)
yang dibutuhkan oleh tubuh juga dapat mempengaruhi terjadinya kram otot.
Pada
beberapa kasus kram otot yang terjadi dapat juga disebabkan karena terbatasnya
suplai darah yang tersedia pada otot tersebut, sehingga menyebabkan
terjadinya kram otot pada
saat melakukan kegiatan.
4.
Strain dan sprain
Strain adalah
kerusakan pada jaringan otot karena trauma langsung (impact) atau tidak langsung (overloading).
Pada cedera strain rasa sakit adalah
nyeri yang menusuk pada saat terjadi cedera, terlebih jika otot berkontraksi.
Strain ringan
ditandai dengan kontraksi otot terhambat karena nyeri dan teraba pada bagian
otot yang mengaku. Strain total didiagnosa
sebagai otot tidak bisa berkontraksi dan terbentuk benjolan. Cidera strain membuat daerah sekitar cedera memar
dan membengkak.
Setelah
24 jam, pada bagian memar terjadi
perubahan warna, ada tanda-tanda perdarahan pada otot yang sobek, dan otot
mengalami kekejangan. Sedang cedera sprain adalah cedera pada
ligamen di sekitar persendian tulang yang dibentuk oleh permukaan tulang rawan
sendi yang membungkus tulang-tulang yang berdampingan.
Kerusakan
serat ligamen sering
dibarengi oleh pendarahan yang menyebar di sekeliling jaringan dan terlihat
sebagai memar. Sebagai penyebabnya adalah persendian tulang dipaksa melakukan
suatu gerak yang melebihi jelajah sendi atau range of movement normalnya.
Trauma langsung ke persendian
tulang, yang menyebabkan persendian bergeser ke posisi persendian yang tidak
dapat bergerak. Dalam buku lain juga disebutkan sprain adalah cedera yang menimbulkan nyeri, yang disebabkan oleh
kerusakan pada ligamen yaitu jaringan ikatfibrosa yang keras dan elastik, yang membungkus sendi.
5.
Frakture
Terdapat
beberapa pengertian mengenai frakture,
sebagaimana yang dikemukakan para ahli melalui berbagai literatur. Frakture adalah rusaknya dan terputusnya
kontinuitas tulang, sedangkan menurut Boenges, frakture adalah pemisahan atau patahnya tulang.
Back dan Marassarin berpendapat bahwa fraktur
adalah terpisahnya kontinuitas tulang normal yang terjadi karena tekanan pada
tulang yang berlebihan. Lewis (2000)
berpendapat bahwa tulang bersifat relatif rapuh namun mempunyai cukup kekuatan
dan gaya pegas untuk menahan tekanan.
Fraktur
dapat diakibatkan oleh beberapa hal yaitu :
Fraktur akibat peristiwa trauma.
Sebagian fraktur disebabkan oleh kekuatan yang tiba-tiba berlebihan yang dapat
berupa pemukulan, penghancuran, perubahan, pemuntiran atau penarikan. Bila
tekanan kekuatan langsung tulang dapat patah pada tempat yang terkena dan
jaringan lunak juga pasti akan ikut rusak. Pemukulan biasanya menyebabkan fraktur lunakjuga pasti akan ikut
rusak. Pemukulan biasanya menyebabkan fraktur melintang dan kerusakan pada
kulit diatasnya. Penghancuran kemungkinan akan menyebabkan fraktur komunitif
disertai kerusakan jaringan lunak yang luas.
Fraktur akibat peristiwa kelelahan atau tekanan. Retak
dapat terjadi pada tulang seperti halnya pada logam dan benda lain akibat
tekanan berulang-ulang. Keadaan ini paling sering dikemukakan pada tibia,
fibula atau metatarsal terutama pada atlet, penari atau calon tentara yang
berjalan baris-berbaris dalam jarak jauh.
Fraktur petologik karena kelemahan pada
tulang. Fraktur dapat terjadi oleh tekanan yang normal kalau tulang tersebut
lunak (misalnya oleh tumor) atau tulang-tulang tersebut sangat rapuh.
6.
Blister (Lepuhan)
Lepuhan
adalah kumpulan cairan yang terletak diantara lapisan terluar kulit yang
disebabkan oleh gesekan, tekanan dan panas. Kombinasi yang terdiri dari tiga
macam mikrotrauma fisik tersebut menyebabkan terjadinya pemisahan lapisan kulit
(dermis dan epidermis) dan resultan cairan yang meradang, menggelembung pada
lapisan terluar kulit yang mengakibatkan cairan isi lepuhan dengan lapisan
terluar kulit, membentuk kulit lepuhan.
Lepuhan sering terjadi saat atlet
memulai aktifitas baru atau meningkatkan porsi suatu aktifitas. Sepatu baru dan
perubahan lantai arena menyebabkan timbulnya lepuhan. Kondisi kelembaban atau
panas juga mempengaruhi munculnya lepuhan. Mereka yang berkulit sehat lebih
mudah terkena lepuhan.
7.
Sunburn
Pada
hari-hari yang berkabutpun, anda kemungkinan masih bisa tersengat sinar
Matahari, karena sinar matahari ini dapat dipantulkan baik melalui mendung
(awan), bangunan-bangunan, pepohonan dan bahkan memantul lewat media tanah (permukaan
aspal).
Sengatan sinar Matahari harus kita
antisipasi sedini mungkin meskipun kulit belum memberikan gejala-gejala rasa
sakit seperti terbakar. Rasa sakit karena tersengat sinar Matahari tersebut
disebabkan oleh adanya keterlambatan pelepasan bahan-bahan kimia tertentu yang
disebut prostaglandins oleh
sel-sel yang rusak.
8.
Nyeri pinggang bagian bawah (Low Back Pain)
Low
back pain atau nyeri pinggang bawah adalah suatu kondisi dimana
penderita merasa nyeri dibelakang pinggang bagian bawah. Cedera pada pinggang bawah
sering terjadi disebabkan karena kelelahan dan kurangnya pemanasan sebelum
melakukan aktifitas.
Cedera
ini dipicu oleh tidak seimbangnya kekuatan otot punggung dan otot perut dimana
pada umumnya otot perut jauh lebih dominan sehingga
pada saat gerakan tertentu otot punggung bagian bawah ini mengalami cedera.
Cedera
ini juga bisa disebabkan karena kesalahan posisi. Kesalahan posisi dalam aktifitas,
akan membuat otot tertahan dalam satu posisi. Selain itu, pada pendaki gunung cedera ini bisa
terjadi karena kesalahan dalam pengaturan berat beban yang dibawa atau karena
posisi tas yang salah yang menyebabkan beban tertumpu di pinggang atau punggung
bagian bawah dan bukan di pundak atau bahu.
9.
Hypothermia
Hipotermia adalah penurunan suhu tubuh (kedingingan) dari suhu normal, dan apabila kalau tidak cepat mengatasi situasi tersebut di gunung bisa berakibat fatal. Biasanya suhu tubuh kita normal dan tetap pada suhu kurang lebih 37,5 derajat celsius. Kalau panas, tubuh kita akan mengeluarkan keringat untuk mengurangi panas tersebut dan kalau dingin kita menggigil untuk memanaskan tubuh.
Hipotermia adalah penurunan suhu tubuh (kedingingan) dari suhu normal, dan apabila kalau tidak cepat mengatasi situasi tersebut di gunung bisa berakibat fatal. Biasanya suhu tubuh kita normal dan tetap pada suhu kurang lebih 37,5 derajat celsius. Kalau panas, tubuh kita akan mengeluarkan keringat untuk mengurangi panas tersebut dan kalau dingin kita menggigil untuk memanaskan tubuh.
5 Penyakit Penghambat pendaki Gunung
Mendaki
gunung membutuhkan kesiapan fisik dan juga mental yang sangat prima. Dan
seseorang mempunyai riwayat penyakit tertentu sangat di anjurkan untuk tidak
melakukan pendakian gunung. Sebab resikonya sangatlah serius, mulai dari cedera
hingga kematian mendadak!
Ada
beberapa faktor yang perlu diperhitungkan sebelum mendaki gunung. Pertama
kondisi personel, seberapa berat medan yang dilalui, serta kondisi lingkungan
yang meliputi cuaca, rekan sesama pendaki dan juga kelengkapan.
Terkait
kondisi personel, orang-orang yang memiliki riwayat penyakit berikut ini tidak dianjurkan untuk mendaki
gunung.
1.
Gangguan Jantung
Seperti
halnya aktivitas fisik berintensitas berat lainnya, aktivitas mendaki gunung juga
bisa meningkatkan kerja jantung. Risiko kematian mendadak akibat serangan
jantung dipastikan akan meningkat apabila sejak awal seorang pendaki punya
riwayat gangguan jantung.
2.
Darah Tinggi
Meski
tidak memiliki gangguan jantung, seseorang dianjurkan agar menahan diri untuk
tidak mendaki gunung jika punya riwayat hipertensi atau tekanan darah tinggi. Aktivitas fisik yang
berat seperti pendakian gunung akan semakin meningkatkan tekanan darah dan
dampaknya bisa sangat buruk bagi jantung dan pembuluh darah.
3.
Gangguan Paru–paru
Gangguan
fungsi paru-paru baik karena sesak
napas maupun sekedar flu bisa berbahaya jika dibawa naik gunung.
Selain kadar udara di ketinggian memang tipis, menurunnya kemampuan paru-paru
dalam menyerap oksigen membuat
jantung harus bekerja lebih keras untuk mendistribusikan oksigen yang hanya
sedikit.
4.
Glaukoma
Meski
tidak fatal, risiko kerusakan mata saat
mendaki gunung juga perlu diwaspadai jika memiliki riwayat glaukoma atau
meningkatnya tekanan bola mata meskipun kondisinya tidak terlalu parah. Saat
mendaki medan terjal, seseorang cenderung mengejan sehingga tekanan rongga perut meningkat lalu
diikuti juga oleh tekanan pada bola mata.
Kondisi
ini seringkali tidak disadari, karena yang dirasakan biasanya hanya pusing-pusing
di kepala. Padahal jika pendakian masih diteruskan, lama-kelamaan pandangan
akan menjadi kabur dan bukan tidak mungkin akan memicu kerusakan yang lebih
serius pada mata.
5.
Diabetes
Pengidap diabetes sebenarnya tidak
dilarang naik gunung, asal kondisinya terkontrol dalam arti rutin minum obat
dan kadar gulanya sedang normal. Namun jika tidak terkontrol, maka risiko yang
perlu diwaspadai saat naik gunung adalah
kemungkinan lecet atau cedera yang lebih serius.
Seperti
yang kita tahu, lecet sekecil apapun pada pengidap diabetes bisa memicu komplikasi yang lebih serius.
Dampaknya mungkin tidak dirasakan saat itu juga, tetapi setelah turun dari
gunung harus segera mendapat perawatan.
Ancaman Angin Duduk Bagi
Pendaki
Angin
duduk adalah gejala penyempitan pembuluh darah dari jantung yang mengalirkan
oksigen. Jadi bukan saat duduk kemudian ada angin kemudian duduk sambil berangi
angin! Dan angin duduk tersebut
menjadi ancaman bagi para pendaki
gunung, karena kita tahu bahwa kita butuh banyak asupan oksigen saat aktifitas
tertentu seperti pendakian gunung.
Mengapa angin duduk
mengancam pendaki?
Pendaki
akan menjadi terancam serius terkena angin duduk jika dia terlalu memaksakan dirinya untuk terus
naik tanpa adanya istirahat. Aktivitas naik gunung adalah salah satu aktivitas yang membutuhkan
banyak oksigen. berkebalikan dengan itu, semakin tinggi mendaki maka semakin
sedikit kadar oksigennya.
Gejala
Biasanya,
saat terserang angin duduk,
dada sebelah kiri terasa sakit. Apa itu yang sakit? ya benar, jantung yang sakit, karena jantung
tidak bisa mengakomodir kebutuhan oksigen diseluruh tubuh
Akibat
Akibat
paling parah adalah KEMATIAN!,
namun ada beberapa yang sempat ditolong sehingga tidak sampai ke titik itu.
Namun, jika terhindar dari kematian, akan dapat menyebabkan sakit jantung. Bagaimanapun, sakit
jantung sudah tidak mungkin disembuhkan. Pertolongan dokter hanya dapat memperlambat terkena serangan penyakit jantung.
Bagaimana
menghindarinya?
Sebenarnya
seperti yang tersebut diatas, tidak mungkin mengatasi angin duduk, tetapi sebisa mungkin tidak
membuatnya tambah parah sehingga menyebabkan serangan jantung yang fatal.
Namun, sebelum terkena angin duduk, biasakan banyak olahraga, sering periksa ke dokter soal
tekanan darah, kadar gula dan kolesterol, terus kendalikan makan. Jangan banyak
makan makanan padang, daging, telur puyuh, dan kawan-kawannya akrabnya.
Cara Mencegah Mabuk Gunung
Cara
mencegah mabuk gunung ini sebaiknya diketahui, karena saat di alam bebas banyak
kendala yang mempersulit perjalanan kita. Antara lain adalah mabuk gunung.
Hampir sama dengan istilah mabuk yang lain, mabuk gunung adalah penyakit yang
menghinggapi pendaki hingga merasa ada sesuatu yang bisa berlebihan dan
kekurangan. Silahkan diketahui dan di antisipasi.
1.
Menghindari Faktor
Pemicu
Hal
pertama yang perlu diupayakan adalah menjauhkan diri dari faktor-faktor pemicu.
Meskipun tidak selalu berhubungan langsung, hal-hal berikut ditengarai sering
memicu dan memperburuk mabuk gunung.
·
Menambah ketinggian terlalu cepat
·
Aktivitas fisik yang berlebihan (overexertion)
·
Kedinginan (hypothermia)
·
Hidrasi tidak cukup, dan
·
Konsumsi alkohol atau sedatives lain.
2.
Aklimatisasi
Seperti
telah diketahui, penyebab mabuk gunung adalah tidak mampunya tubuh menerima
kondisi di ketinggian. Ketidakmampuan itu terjadi kalau penambahan elevasi
terjadi pada waktu yang terlalu singkat—lebih singkat dari waktu yang
diperlukan oleh tubuh untuk menyesuaikan diri. Sebenarnya, tubuh kita bisa
beradaptasi, tetapi hal itu harus dilakukan secara bertahap. Usaha ini disebut
aklimatisasi.
Rumus aklimatisasi pendaki adalah climb
high sleep low (CHSL)—naik
ke ketinggian tertentu, kemudian turun untuk tidur/beristirahat pada ketinggian
di bawahnya. Misalnya direncanakan untuk buka camp pada ketinggian 3.600 mdpl,
naiklah dulu ke 4.000 mdpl. Untuk pendakian gunung yang elevasinya >3.600
mdpl, aklimatisasi dengan rumus ini mutlak diperlukan. Itulah sebabnya
pendakian Everest bisa
makan waktu lebih dari sebulan karena pendaki naik-turun berkali-kali sebelum
melakukan summit attack. Gunung-gunung kita yang rata-rata 3.000 an mdpl, untuk
kebanyakan pendaki bisa disikat langsung.
Selain
itu, setelah melewati batas 3.000 mdpl, penambahan elevasi harus dibatasi
maksimum 300 mt per hari. Selain Jayawijaya,
ada empat gunung di Indonesia yang
menurut hemat saya harus memperhatikan kaidah ini, yaitu Kerinci, Rinjani, Semeru,
dan Slamet karena ketinggiannya
melebihi 3.300 mdpl. Untuk kelima gunung ini, idealnya summit attack dilakukan
dari ketinggian yang berjarak kurang dari 300 meter vertikal dari puncak.
Dua
puluh empat jam pertama berada di daerah yang tinggi, misalnya di desa terakhir
(base camp) batasi aktivitas fisik.
Meskipun demikian, pada siang hari, aktivitas ringan lebih baik dari pada tidur
agar respirasi melakukan penyesuaian.
3.
Nutrisi dan Hidrasi
Hidrasi
sangat penting. Eksersi membuang cairan dalam tubuh, dan itu perlu diganti.
Indikasi kecukupan hidrasi adalah banyak dan beningnya urine. Bila kencing sedikit,
pekat, dan berwarna, berarti kurang minum. Makanan tinggi karbohidrat harus
menjadi menu utama pendaki. Alasannya adalah bahwa 70% kalori dihasilkan
oleh karbohidrat.
4.
Mengenal Diri Sendiri
Yang
tidak kalah penting dari semua saran di atas adalah mengenali diri sendiri. Harus
paham betul bagaimana tubuh bereaksi terhadap kondisi di ketinggian karena
tidak ada ciri-ciri pembeda khusus antara yang rentan dengan yang tahan.
Sungguh bijaksana bila mau belajar merasakan dan mengenali setiap gejala yang terasa.
Misalnya, membedakan antara sakit kepala yang terjadi karena eksersi berlebihan
(seperti bila anda selesai berlari sprint) dengan nyut-nyutan gejala mabuk gunung.
Angka-angka
dalam tulisan ini harus dianggap hanya sebagai patokan umum yang tidak absolut.
Untuk masing-masing individu, pada prakteknya bergeser naik atau turun dari
angka-angka itu. Pada akhirnya, mabuk gunung bersifat sangat personal.
Golden
rule di
ketinggian : bila mengalami tidak enak badan, pusing atau pening tetapi tidak
tahu sebabnya secara pasti, anda harus menyimpulkan bahwa anda menderita mabuk gunung!
5.
Mengenal Teman Satu Tim
Teman
sependakian belum tentu mengetahui seluk-beluk mabuk gunung. Belum tentu pula mereka cukup mengenal daya adaptasi
diri sendiri terhadap ketinggian. Kalau demikian keadaannya, perlu menajamkan
pandangan untuk mengamati kondisi mereka. Dari pengalaman, gejala awal mabuk
yang paling mudah diamati dari luar adalah kondisi fisik dan tingkah-laku.
Bila
ada teman yang mengalami kelelahan berlebihan, amati terus keadaannya. Kalau
ada yang begini, uji kondisinya dengan menyodorkan makanan kecil. Kalau dia
menolak, cobalah makanan lain. Kalau semua ditolak, waspada!
Ciri
lain yang sering mencolok adalah social withdrawal. Kalau ada teman
yang berubah perangainya menjadi lebih pendiam, ogah ngobrol, kehilangan canda,
dan lebih suka menyendiri, harus mulai curiga. Berikutnya, ujilah juga dengan
makanan. Pendeknya, bila pendaki masih rakus dan doyan ini-itu, berarti sehat!
Penanganan Mabuk Gunung
1.
Stop
Kalau
gejala AMS mulai
terasa, STOP! Jangan ngotot! Pergerakan naik harus dihentikan sampai gejala
hilang. Berikan waktu yang cukup untuk tubuh melakukan adaptasi. Bila tidak ada
tanda-tanda membaik, segeralah mengurangi ketinggian paling tidak 300 meter
vertikal. Bila tidak membaik juga, urungkan niat mendaki. Turunlah sesegera
mungkin!
2.
Mandiri
Mendaki
berombongan, biasanya lebih merepotkan bila mengalami mabuk gunung. Naik salah,
berhenti sendirian pun salah. Bagaimanapun, kalau memang harus, ditinggal
sendirian di tengah hutan jauh lebih baik. Pemaksaan diri mengikuti rombongan
bergerak naik justru memperbesar risiko dimakan setan. Awas, setan HAPE dan
setan HACE menunggu!!!
Dalam situasi darurat, beranikan diri untuk mengambil keputusan dan bertindak
sendiri.
Studi
menunjukkan bahwa kematian oleh mabuk gunung, terjadi lebih banyak pada pendaki
yang berkelompok daripada solo. (Shlim
DR, Houston R., Helicopter Rescues and Deaths Among Trekkers in Nepal).
3.
Berkorban
Untuk pendaki yang sehat, selayaknya
bersedia mengorbankan kepentingannya mencapai puncak bila ada teman setim yang
mabuk gunung. Temani si pemabuk sampai bisa dibawa naik, atau bawalah turun
kalau perlu. Percayalah, pengorbanan bisa berarti menyelamatkan nyawa.
4.
Cara Istirahat
Istirahat
untuk pemabuk gunung harus diusahakan dalam keadaan sehangat dan senyaman
mungkin. Pemakaian tenaga harus diminimumkan, meskipun pada perjalanan turun.
5.
Yang Harus Dihindari
Rokok,
alkohol, dan depresan lain termasuk obat penenang dan obat tidur harus dijauhi.
Depresan akan menurunkan respirasi pada saat tidur, sehingga memperburuk gejala
mabuk gunung.
6.
Turun
Turun
adalah resep terbaik untuk yang sudah terkena HACE atau HAPE.
Cara ini relatif mudah dilakukan di gunung-gunung di Indonesia. Jadi, tidak ada
yang perlu ditunggu. Turun! Bila peralatan dan anggota tim lain mampu,
penderita yang sudah parah sebaiknya digotong/digendong untuk meminimumkan
aktivitas fisik.
Kalau
karena alasan tertentu turun tidak mungkin, korban memerlukan bantuan oksigen.
Pada kasus-kasus yang lebih berat yang biasanya terjadi di gunung-gunung extremely
high, penderita dimasukkan ke dalam gumow bag (kantong
bertekanan portable).
7.
Medikasi
Sebenarnya
ada obat-obatan yang bisa membantu penderita mabuk gunung. Bahkan ada jenis
tertentu yang bisa dipakai untuk membantu aklimatisasi para rescuer karena mereka harus
bergerak naik dengan cepat.
Cara Mengatasi Dingin di Gunung
Suhu
dingin di ketinggian gunung berbeda dengan kondisi dingin di bawah, apalagi
jika malam hari menjelang. Untuk beberapa gunung, suhu di atas gunung bisa
mencapai 0 derajat celcius, dan suhu ekstrem di gunung sangat berbahaya bagi
kita, jika kita tak pandai mengantisipasinya dengan baik. Dan biasanya jika
kita dalam pendakian gunung, untuk sedikit meredakan rasa dingin, kita akan
memakai jaket yang tebal dan membuat api unggun, tetapi apakah cara itu
berkhasiat manjur?
Banyak
dari para pendaki yang
mempunyai penyakit alergi terhadap dingin, bila terkena hawa atau suhu yang
dingin tubuh mereka langsung timbul bintik-bintik merah di sekujur tubuhnya.
Penyakit ini sering sekali terjadi bila berada di tempat yang dingin, untuk menghilangkannya cukup
oleskan minyak kayu putih atau sejenisnya yang bisa membuat hangat, dan
sebaiknya tidak di oleskan balsam karena justru akan menambah rasa dingin
tersebut, kebanyakan balsam mengandung zat menthol yang mempunyai efek dingin.
Tips-tips untuk menghadapi dan menghilangkan rasa
dingin di atas gunung :
- Sebaiknya melakukan aklimatisasi (penyesuaian tubuh terhadap suhu dan kondisi alam sekitar sebelum melakukan pendakian) terlebih dahulu.
- Buatlah api unggun kecil untuk menghangatkan tubuh di malam hari.
- Meminum-minuman hangat seperti wedang jahe, teh, dan lain-lain untuk menghangatkan tubuh, tetapi jangan sekali-kali meminum-minuman keras di atas gunung karena akan berakibat fatal. Alkohol memang dapat melebarkan pembuluh darah sehingga aliran darah dapat menjadi lebih lancar, sehingga akan menimbulkan efek hangat, namun jangan lupa alkohol juga dapat membuat kita kehilangan kesadaran, dan hal ini sangat jauh lebih berbahaya daripada rasa dingin itu sendiri!!. sudah terlalu banyak pendaki yang mati sia-sia karena kebodohan ini.
- Memakan-makanan hangat dengan perhitungan protein dan karbohidrat yang lebih tinggi, supaya badan tetap merasa hangat dan kondisi badan tetap terjaga.
- Pakailah pakaian yang tebal seperti jaket, sweater, dan lain-lain, karena akan terasa hangat di suhu yang dingin.
- Jangan sekali-sekali memakai pakaian berbahan dasar jeans, selain memberatkan, menyita kalori terlalu banyak akibat tidak leluasa bergerak, menyulitkan saat basah, jeans juga tidak dapat menahan dingin dengan sempurna.
- Istirahat yang cukup dan tidak memforsir diri di luar jangkauan daya tahan tubuh, istirahat yang kurang dapat membuat kesadaran kita semakin berkurang, hal ini juga dapat berefek pada rasa dingin yang semakin menyerang.
Trik-trik tidur di suhu yang dingin
Banyak
dari para pendaki yang
tidak tahu bagaimana cara menghilangkan dingin sewaktu tidur dalam pendakian
gunung. Perhatikan baik-baik bahwa dingin lebih menyerang ke titik-titik
berikut ini : telinga, telapak tangan dan jari, kemudian pergelangan kaki sampai
ke jari, pastikan bagian-bagian ini tertutup rapat. Pakailah kaus kaki tebal
saat tidur atau istirahat, sarung
tangan, kupluk, jaket dan masih banyak lagi, yang bisa membuat
hangat pada waktu tidur. Bisa juga dengan cara berhimpit-himpitan pada saat
tidur, cara ini juga ampuh digunakan untuk menghilangkan rasa dingin waktu
tidur. Dengan cara berhimpit-himpitan atau merapatkan tubuh sesama teman, kita
bisa merasakan hangat yang keluar dari dalam tubuh kita. Cara itu yang biasa
dipakai oleh para pendaki untuk
menghilangkan rasa dingin pada saat kita tidur. Berhimpitan tentu dengan tetap
memakai jaket tebal, jika tidak, atau justru malah telanjang, bisa jadi bencana kedua!
Pastikan
untuk tidak lupa memperhatikan sistem udara dan membuat saluran air di sekitar
tenda sebelum kita tidur, tak peduli apakah kita memakai jaket super tebal atau
kaus kaki dobel, itu tak akan berpengaruh kalau tenda kita tergenang air hujan.
Menaruh daun-daun kering yang banyak dibawah tenda juga lumayan membantu, selain menambah empuk dasar
tenda, juga membuat tenda tidak bersentuhan langsung dengan tanah yang dingin
dan lembab. Bila hendak menyalakan api unggun sebaiknya perhatikan benar unsur kayu dan arah apinya, biji
pinus yang terbakar kadang dapat meledak dan terlontar ke tenda, sehingga
berpotensi kebakaran.
Membawa termos kecil juga dapat membantu
menjaga air tetap hangat lebih lama, sehingga tidak bolak-balik memasak air,
yang malah membuat kita semakin kedinginan. Bila tak merasa repot, bisa membawa
termos yang agak besar, hingga lebih banyak muatan air panasnya, atau ada yang
ingin membawa panci?
Mengatasi Gigitan Ular di Alam Bebas
Penjelajahan
di alam bebas memang salah satu kegiatan yang menarik dan menantang bagi
penggemarnya. Perjalanan yang tentunya diselingi dengan pertemuan kita dengan
hewan liar, seperti ular misalnya merupakan satu hal yang menantang.
Tapi
waspadalah! Jika tidak hati-hati, serangan seperti digigit ular bisa dialami siapa saja. Panik, cemas dan tegang
pasti langsung menggelayuti seluruh tubuh begitu tahu ada anggota kelompok yang
digigit ular. Ya, kecelakaan seperti ini memang tak bisa dihindari saat sedang
berkegiatan di alam bebas.
Lalu
apa yang harus dilakukan jika hal semacam ini dialami? Inilah 5 tips dan langkah pertama yang
harus dilakukan ketika ular tiba-tiba
menggigit anggota tubuh rekan perjalanan :
1.
Jangan panik
Hal
pertama yang harus dilakukan dan sangat penting adalah jangan panik. Sang
korban gigitan boleh saja teriak kaget dan tiba-tiba berubah panik ketika
kakinya digigit ular, tapi ini tidak boleh terjadi oleh rekan satu tim.
Sebagai
rekan kelompok, teman lain harus tenang, jangan ikut-ikutan panik apalagi
histeris. Panik hanya membuat pikiran jadi buntu, kemudian akan lupa dengan
pertolongan pertama yang seharusnya dilakukan. Jangan lupa juga untuk
menenangkan sang korban.
2.
Segera ikat bagian atas dan bawah gigitan
Hal
kedua yang harus segera dilakukan adalah segera ikat bagian atas dan bawah luka
gigitan dengan kain. Ikat dengan kencang agar bisa ular tidak menyebar ke
tempat lain.
3.
Jangan sekali-kali menghisap darah
Ini dia
hal penting yang harus diperhatikan saat melihat seorang teman digigit ular,
jangan pernah sekali-kali menghisap darah yang keluar dari luka bekas gigitan.
Mungkin hal ini memang sering muncul di banyak tayangan televisi, tapi itu
sangat tidak disarankan.
Kenapa?
Karena kita tidak pernah tahu dengan pasti apakah ular yang menggigit itu
berbisa mematikan atau tidak. Selain itu, kita juga tidak tahu dengan pasti
apakah bagian mulut kita ada luka kecil, atau pun gigi yang berlubang.
Bahayanya, kalau ular itu benar berbisa dan ada luka kecil di bagian mulut,
bisa jadi bisa itu masuk dan menjalar ke tubuh kita.
Selain
mengikat bagian yang digigit dengan kencang, perhatikan juga posisinya datar.
Ini untuk menghindari lebih banyaknya darah yang keluar dari luka. Ini juga
menghindari bisa ular mengalir lebih cepat mengikuti aliran darah.
Jika
bagian kaki yang digigit, sebaiknya gotong tubuh sang korban. Jangan biarkan
jalan sendiri karena bisa menambah parah pendarahan.
5.
Segera bawa korban ke rumah sakit
Setelah
4 langkah di atas sudah dilakukan, saatnya membawa korban ke rumah sakit atau
puskesmas terdekat. Jangan biarkan waktu digigit dengan penanganan serius dari
pihak medis terlalu lama. Ini bisa membahayakan kondisi sang korban.
Bagaimana? Sudah jelas kan? Jangan sampai kita mati konyol di atas gunung hanya karena kita tidak paham hal - hal sepele seperti ini ya. Semoga bermanfaat :)
Luar biasa tulisannya mbak.. enak dibaca dan sangat bermanfaat, khususnya buat yang hobi naik gunung.. terimakasih.. Salam
BalasHapusMantaaaap, sangat membantu
BalasHapusHey There. I found your blog using msn. This is an extremely
BalasHapusneatly written article. I will make sure to bookmark it and return to learn extra of your helpful information. Thank you
for the post. I will definitely comeback.
ijin share mba
BalasHapusijin copy mba
BalasHapusMaaf sebelumnya, Itu penanganan mimisan yakin seperti itu?
BalasHapusdongakkan kepala ke atas dan biarkan mulut terbuka. Menggunakan tangan, jepit bagian bawah lubang hidung dan tahan sekitar 15 menit. Bernafaslah lewat mulut.
Kalau seperti itu, darah akan menumpuk dan membeku
Lalu si penderita akan kesulitan bernafas
Terimakasih
I constantly emailed this website post page to all my friends,
BalasHapusas if like to read it then my contacts will too.
TERIMA KASIH ATAS USULANNYA KAKAK
BalasHapus😊😊
Terima kasih atas semua pemberitahuan dan teori" dari kaka skali lagi makasi
BalasHapusHi, i feel that i noticed you visited my web site thus i got here to return the
BalasHapusprefer?.I'm trying to to find issues to improve my website!I suppose its
ok to use a few of your ideas!!