Cinta ini…dapat membuat aku tersenyum karena tangismu
yang membangunkan aku dalam tidurku yang lelap di tengah malam ketika engkau
balita dulu..
Cinta
ini…selalu melakukan yang terbaik untukmu walau badan ini saaangat letih karena
selalu mendahulukan kepentinganmu.
Cinta
ini…akan membantumu untuk bangkit dari keterpurukan walaupun aku tahu pada
akhirnya kau akan pergi meninggalkan aku bersama dengan keluargamu yang baru.
Cinta
ini…dapat membuatku berlinangan air mata, saat melihat tubuhmu terkulai lemah
hingga bibirku berucap “Ya Allah biar aku saja yang merasakan sakit itu, jangan
permataku ya Allah” atau saat kekasih pujaanmu mengkhianatimu dan membuat
hatimu terkoyak, sedang aku tidak bisa berbuat apa-apa untuk bisa mengembalikan
senyum manismu. Tapi aku berusaha membuatmu kuat dengan menghadirkan senyum di
wajahku dibalik luka yang aku rasakan atas lukamu, seraya berkata “jangan
khawatir sayang seseorang yang jauh lebih baik telah menantimu di luar sana”
Cinta
ini…membuatku selalu ingin mengabulkan pintamu walaupun terkadang aku sendiri
tak tahu harus bagaimana untuk mendapatkannya.
Cinta
ini…membuat aku rela bekerja siang dan malam, agar permata hatiku tidak
merasakan kekurangan seperti yang pernah aku rasakan dulu.
Cinta
ini…membuat aku tak pernah merasakan sakit yang menggerogoti tubuhku karena
termakan usia, asal engkau tetap sehat dalam buaianku.
Dan karena
cinta ini pula…aku selalu bermohon kepada-Nya agar jangan nyawaku diambil
sebelum aku bisa melihatmu berdiri tegak di atas kedua kakimu dan sebelum
dirimu bisa menatap dunia ini dengan penuh suka cita.
Dan
akhirnya,
Cinta
ini…tak pernah meminta balasan apapun untuk segala yang pernah aku berikan,
karena cinta ini…adalah titipan dari Sang Pemilik Cinta yang Sesungguhnya.
Ibu, bunda,
mamah, ummi, emak, ambu, mami…apapun sebutanmu, aku bersujud di bawah kakimu
atas semua yang telah engkau lakukan untuk aku.
Berteriaklah
mamah, berteriaklah ummi, berteriaklah bunda ketika engkau merasakan sakit
akibat ulahku, ketika engkau merasakan lelah dan hampir tidak berdaya menahan
kerasnya himpitan hidup, menahan terpaan badai rumah tangga sedang aku cuma
bisa menuntut dan menuntut. Berteriaklah agar aku tahu gelisahmu, agar aku
dapat melihat berapa banyak air mata yang engkau tumpahkan dalam hati dan
disepertiga malam saat engkau bermunajat untuk memohon kebahagiaanku, dan
berteriaklah agar aku tak lagi menambah beban hidupmu.
Duhai
bundaku sayang… maafkan aku yang tak pernah tahu isi hatimu, yang tak pernah
bisa mendengar jeritanmu, yang tak pernah mau mengerti beban yang tengah engkau
pikul di pundakmu. Cukuplah sampai hari ini saja air matamu mengalir, sudahlan
hentikan kerja kerasmu, LIHATLAH…!!! aku sudah dapat berdiri dan berjalan di
atas bumi ini dengan kepala tegak seperti harapanmu dulu…sekarang biarkan aku
yang menjadi penyangga tubuhmu yang renta, dan akan aku ubah letihmu menjadi
senyuman bangga karena engkau telah berhasil mendidik aku, karena setiap inci
guratan-guratan di wajahmu menjadi pertanda keberhasilanku, dan sebagai bukti
bahwa sebagian besar hidupmu telah engkau habiskan untuk kebahaagiaanku.
Dan
rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan
ucapkanlah: “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka
berdua telah mendidik aku waktu kecil”.
QS. Al Israa’ : 24
QS. Al Israa’ : 24
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih telah meninggalkan komentar :)