Jumat, 01 Maret 2013

Cinta Seorang Ibu


Cinta ini…dapat membuat aku tersenyum karena tangismu yang membangunkan aku dalam tidurku yang lelap di tengah malam ketika engkau balita dulu..


Cinta ini…selalu melakukan yang terbaik untukmu walau badan ini saaangat letih karena selalu mendahulukan kepentinganmu.
Cinta ini…akan membantumu untuk bangkit dari keterpurukan walaupun aku tahu pada akhirnya kau akan pergi meninggalkan aku bersama dengan keluargamu yang baru.
Cinta ini…dapat membuatku berlinangan air mata, saat melihat tubuhmu terkulai lemah hingga bibirku berucap “Ya Allah biar aku saja yang merasakan sakit itu, jangan permataku ya Allah” atau saat kekasih pujaanmu mengkhianatimu dan membuat hatimu terkoyak, sedang aku tidak bisa berbuat apa-apa untuk bisa mengembalikan senyum manismu. Tapi aku berusaha membuatmu kuat dengan menghadirkan senyum di wajahku dibalik luka yang aku rasakan atas lukamu, seraya berkata “jangan khawatir sayang seseorang yang jauh lebih baik telah menantimu di luar sana”


Cinta ini…membuatku selalu ingin mengabulkan pintamu walaupun terkadang aku sendiri tak tahu harus bagaimana untuk mendapatkannya.
Cinta ini…membuat aku rela bekerja siang dan malam, agar permata hatiku tidak merasakan kekurangan seperti yang pernah aku rasakan dulu.
Cinta ini…membuat aku tak pernah merasakan sakit yang menggerogoti tubuhku karena termakan usia, asal engkau tetap sehat dalam buaianku.
Dan karena cinta ini pula…aku selalu bermohon kepada-Nya agar jangan nyawaku diambil sebelum aku bisa melihatmu berdiri tegak di atas kedua kakimu dan sebelum dirimu bisa menatap dunia ini dengan penuh suka cita.
Dan akhirnya,
Cinta ini…tak pernah meminta balasan apapun untuk segala yang pernah aku berikan, karena cinta ini…adalah titipan dari Sang Pemilik Cinta yang Sesungguhnya.


Ibu, bunda, mamah, ummi, emak, ambu, mami…apapun sebutanmu, aku bersujud di bawah kakimu atas semua yang telah engkau lakukan untuk aku.
Berteriaklah mamah, berteriaklah ummi, berteriaklah bunda ketika engkau merasakan sakit akibat ulahku, ketika engkau merasakan lelah dan hampir tidak berdaya menahan kerasnya himpitan hidup, menahan terpaan badai rumah tangga sedang aku cuma bisa menuntut dan menuntut. Berteriaklah agar aku tahu gelisahmu, agar aku dapat melihat berapa banyak air mata yang engkau tumpahkan dalam hati dan disepertiga malam saat engkau bermunajat untuk memohon kebahagiaanku, dan berteriaklah agar aku tak lagi menambah beban hidupmu.
Duhai bundaku sayang… maafkan aku yang tak pernah tahu isi hatimu, yang tak pernah bisa mendengar jeritanmu, yang tak pernah mau mengerti beban yang tengah engkau pikul di pundakmu. Cukuplah sampai hari ini saja air matamu mengalir, sudahlan hentikan kerja kerasmu, LIHATLAH…!!! aku sudah dapat berdiri dan berjalan di atas bumi ini dengan kepala tegak seperti harapanmu dulu…sekarang biarkan aku yang menjadi penyangga tubuhmu yang renta, dan akan aku ubah letihmu menjadi senyuman bangga karena engkau telah berhasil mendidik aku, karena setiap inci guratan-guratan di wajahmu menjadi pertanda keberhasilanku, dan sebagai bukti bahwa sebagian besar hidupmu telah engkau habiskan untuk kebahaagiaanku.

Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil”.
QS. Al Israa’ : 24

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih telah meninggalkan komentar :)