 |
Menatap senja sendiri. Dimanakah kamu? :) |
Salam
sejahtera semoga selalu tercurahkan untukmu :)
Entah
sejak kapan, aku mengenalmu. Mungkin dulu, kemarin atau ah, mungkin terlalu
lama sampai aku tak ingat kapan pertama kali aku mengenal kamu dan dunia ini.
Akupun sangsi pada diriku sendiri, kapan aku benar-benar mengenalmu. Sejak aku
memakai seragam putih abu - abu kah, atau sejak aku mempunyai titel mahasiswa
ataukah baru sekarang setelah aku menjadi seorang sarjana.
Aku tidak
pernah memerlukan alasan kenapa aku harus bersamamu, bersama mereka dan kenapa
aku ada di jalan ini. Yang aku yakini, aku nyaman dan menemukan kebahagiaan dan
ketenangan hidup setelah semakin lama aku mengenalmu.
Perjalanan
kita selama ini, mungkin tak akan pernah sanggup aku tulis secara lengkap.
Karena akupun sadar aku adalah manusia yang punya lupa dan alpha.
Saat yang
masih aku ingat sampai sekarang adalah momen pertama aku mengenalmu di masa
putih abu-abu (di saat aku belum terlalu paham apa pentingnya aku bersamamu)
dan sampai di bangku kuliah kemarin, beberapa senior semakin mengenalkanmu
kepadaku. Mereka ingin aku mengenalmu lebih jauh dan nyatanya, sekarang aku
adalah bagian darimu, tak peduli sejauh apapun aku ingin menjauh. Karena
nyatanya, kaulah jalanku menuju Syurga kelak jika aku memang mempunyai niat
yang baik bersamamu. Disinipun aku bisa merasakan nikmatnya persaudaraan atas
dasar iman dan Islam, bersatu padu memberi warna seindah pelangi dan membuat
cerita di masa kuliah yang mungkin sampai aku membaca ini berulang kalipun akan
tetap masih indah.
Semua
tentangmu, semua tentang mereka adalah salah satu episode kehidupan yang akan
aku kenang dengan baik. Banyak sekali canda, tawa bahkan kebahagiaan yang tanpa
ragu kalian bagi kepadaku. Tak peduli walaupun banyak air mata yang mungkin
pernah berderai di masa lalu, ketika kita bersama melewati masa - masa sulit.
Itu bukanlah sesuatu yang berat, karena aku yakin, akan ada tangan-mu, tangan
kalian dan tangan-NYA yang akan selalu membantuku (Insya Allah) di saat
terberatpun dalam hidupku.
Disadari atau tidak,
bersamamu aku selalu diingatkan untuk kembali ke jalan yang benar sesuai
syariat secara rutin. Pun ketika dirasa sudah ada di jalan yang benar, banyak
sekali pengetahuan dan ilmu yang sama - sama kita pelajari.
Selama
kita berinteraksi, akupun sadar. Aku, dia ataupun kamu hanyalah seorang
manusia. Maka benar apa kata pepatah, bahwa "tiada gading yang tak
retak". Pernah kecewa atau tidak, mungkin itu bukan poin yang penting
bagiku. Karena ada yang lebih penting dari hati yang hanya sekedar kecewa, tapi
bagaimana kita sendiri mengenali sebab kecewa dan mengobatinya minimal dengan
daya kita sendiri.
Pada
dasarnya, aku adalah seseorang yang menyenangi dunia baru. Sering berpindah
dari satu organisasi ke organisasi yang lain. Berada pada satu komunitas ke
komunitas yang lain. Sehingga, untuk memahami suatu perbedaan ataupun tingkah
laku orang lain yang tidak menyenangkan itu bukanlah hal yang baru bagiku.
Mempunyai emosi yang stabil, namun terkadang meledak di suatu saat - saat yang
kritis. Sanggup mempertahankan suatu persahabatan selama apapun selama aku
anggap mereka adalah sahabat sejati aku. Senang menggiring opini orang lain
dengan pendekatan pribadi (yang terkadang tak disadari beberapa orang).
Mempunyai kelebihan "Photographic memory" dan "detail
minded" yang menyebabkan aku dicurigai sebagai salah satu anggota intelegen
milik pemerintah ataupun organisasi tertentu yang aku sambut dengan tawa lebar.
Terbiasa belajar secara otodidak tanpa bimbingan siapapun. Dan selalu mencoba
tetap berdiri di atas kaki sendiri, sesulit apapun masalah datang. Berbelanja
selalu sesuai kebutuhan dan terlalu teliti saat berurusan dengan beberapa
lembar ratusan ribu. Atau menurutmu ada yang lain?
Ayah dan
Ibuku adalah pribadi yang mengenal agama ini dengan baik. Kami sekeluarga biasa
dididik dengan ajaran agama yang benar sedari kecil. Dan sampai sekarangpun
jika dirasa aku melanggar syariat, maka nasihat bijak dari sang Ayah akan
selalu datang walaupun itu hanya sekedar dari sorot matanya yang sudah aku
pahami artinya. Ayah dan Ibu bukanlah sosok yang muluk - muluk berbicara
tentang dakwah secara integral. Cukup membuat oranglain paham akan kewajibannya
terhadap syariat, itu sudah lebih dari cukup untuk mereka.
Selepas
kampus ini, sangat dirasakan betapa kemampuan survival
di belantara kehidupan lebih beragam. Tak hanya cerdas secara materi, seseorang
dituntut mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari - hari. Selama masih
ada kesempatan untuk mengembangkan potensi dan kapasitas diri, akan aku ambil,
tidak masalah berapa banyak materi yang harus dikeluarkan sebagai penggantinya.
Selama
ini, kalau kau belum tahu, aku akan memberitahukan bahwa "aku bukanlah
orang yang berani berspekulasi dengan takdir". Apapun yang akan terjadi
besok, lusa ataupun di masa yang akan datang aku hanya berani melafadzkannya
dalam doa dan sujud panjangku.
Berbicara
tentang kontribusiku terhadap lingkungan sekitar dan jangka panjang, dari salah
satu pelatihan yang pernah aku ikuti, membangun Indonesia ataupun umat pada
khususnya bersumber dari sesuatu yang bernama "keluarga". Sesuai juga
dengan salah satu materi yang pernah aku dapat di kampus berjudul
"marotibul amal". Jelas sekali, entah single atau sudah berkeluarga,
lahan dakwah itu tetap ada dimanapun kita berpijak. Dan yang lebih penting
adalah bagaimana kita berdakwah kepada orang - orang yang ada di sekeliling
kita sehari - hari.
Harapanku
untuk kita, Semoga kita tetap istiqomah dan tetap menjalankan apapun yang
seharusnya kita lakukan kepada Allah SWT. Tak peduli dimanapun, kapanpun dan
bersama siapapun kita besok.
Wahai
engkau, siapapun yang membaca ini, semoga kau menjadi salah satu sahabat
syurga-ku kelak atau mungkin ketika kau sudah sampai di syurga dan aku belum
ada disana, kiranya kau mau memanggil namaku agar aku bisa lebih cepat
berkumpul bersamamu.
Sekian
tulisan singkat perjalananku bersama-mu dan kalian. Ada benarnya itu datangnya
dari Allah SWT, dan jika ada salahnya yaa maklum lah. Hihihi..
Wassalam..